Liputan6.com, Banyumas- Bupati Banyumas Ir Achmad Husein memiliki julukan kondang. Julukannya adalah bakul peso atau penjual pisau.
Julukan tersebut melekat pada sosok bupati ke-32 Kabupaten Banyumas.
Lalu dari mana, ya, julukan itu bermula?
Advertisement
Berawal dari medsos
Usut punya usut julukan bakul peso melekat ke Achmad Husein berawal dari kebiasaannya menggunakan media sosial sebagai saluran komunikasi.
Apalagi pada saat puncak pandemi pada pertengahan 2020 hingga 2021, Husein memanfaatkan benar saluran media sosial untuk mengabarkan kasus Covid-19 di Kabupaten Banyumas.
Dari sana julukan bakul peso berawal.
Advertisement
Komentar warganet dan menerima dengan legowo
Dalam salah satu kesempatan live Instagram (IG) Husein terlihat memakai songkok dalam keadaan miring.
Nah, di Banyumas, songkok miring ini identik dengan penjual pisau atau bakul peso. Waktu itu salah satu warganet mengomentarinya seperti 'bakul peso'.
Sejak itu sosok kelahiran 17 Agustus 1959 tersebut lekat dengan julukan 'bakul peso' oleh warganet maupun warga Banyumas.
Ternyata Husein tak mempermasalahkan julukan itu terhadapnya. Ia malah menjadikannya sebagai ikon unik atau personal branding.
Husein malah kini menjadikan bakul peso sebagai caranya mengenalkan program atau kebijakan-kebijakan pemerintah ke masyarakat.
Aktif di media sosial
Sosok yang sudah menjabat sebagai bupati selama dua periode, sejak 24 September 2018, terkenal aktif di media sosial.
Akun Instagramnya @ir_achmadhusein saat ini sudah centang biru dan memiliki sebanyak 137 ribu follower.
Advertisement
Hari jadi Banyumas ke-451
Pada 22 Februari mendatang, Banyumas akan memasuki usia 451. Tentu tantangan ke depan semakin banyak dan berat dihadapi pemerintahan Achmad Husein.
Soal investasi, infrastruktur, hingga persoalan sampah adalah beberapa pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan. Termasuk juga persoalan pemekaran wilayah.
Semoga Pak Husein dengan ikon bakul peso-nya bisa memberikan peninggalan kinerja bagus selama memimpin Banyumas dua periode.
Video Keunikan Jalan Bung Karno Purwokerto
Advertisement
Akademisi: Bakul peso sesuatu yang wajar
Sementara itu, dosen Sosiologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Sulyana Dadan menyampaikan, tentang bupati dijuluki bakul peso dapat dianggap sebagai sesuatu yang wajar, mengingat era sekarang setiap orang dapat bebas “mengklaim” dirinya sebagai apa.
"Jadi identitas seseorang sudah sangat cair. Apalagi beberapa pejabat lain juga mendapat julukan yang mirip seperti ketua PDIP Bambang Wuryanto yang dikenal dengan Bambang Pacul," katanya.
Meskipun demikian, penyebutan tersebut bisa saja ditafsirkan dengan hal lain, misalnya, pertama, penyebutan bakul peso yang disematkan ke bupati banyumas dapat dimaknai sebagai simbol kedekatan bupati dengan masyarakat.
"Bakul peso sendiri dalam struktur masyarakat kita dapat dikelompokan sebagai kelompok kelas bawah. Jadi, dalam konteks ini dapat dimungkinkan bahwa bupati sebagai pribadi atau (mudah-mudahan) sebagai seorang pemimpin, kedudukannya juga setara alias sederajat dengan masyarakat termasuk kelas bawah sekali pun," ujar akademisi, yang juga pernah menjadi jurnalis ini.
Kedua, bakul peso sebagai sebuah branding. Bupati sendiri dalam berbagai kesempatan terutama dalam medsos selalu mengidentifikasikan diri sebagai bakul peso, dengan identitas berupa peci miring dan pakaian khas banyumasan.
"Artinya, bupati sendiri menerima identitas bakul peso yang dilekatkan kepadanya. Branding sebagai bakul peso tampaknya akan gampang diingat daripada julukan formal seperti bapak pembangunan, bapake Banyumas, dll," sebut Dadan.
Branding ini bisa digunakan untuk berbagai kepentingan, baik kepentingan pribadi maupun politis jika suatu saat bupati Banyumas mau “naik kelas”, entah gubernur atau pun legislatif provinsi dan pusat.