Sukses

Di Acara Zikir Akbar Jelang Masa Tanam, Petani Temanggung Suarakan Isu Tata Niaga Tembakau

Dari tahun ke tahun problem yang melanda para petani tembakau hampir sama, yakni masalah pembelian produk panenan tembakau oleh pihak pabrikan.

Liputan6.com, Temanggung - Ribuan petani tembakau Temanggung, Jawa Tengah pada Selasa (15/3) menggelar acara bertajuk Dzikir Akbar dalam rangka menyambut datangnya musim tanam tembakau tahun 2022 atau disebut “Among Tebal”.

Acara tersebut digelar serentak di tiga titik berbeda. Yakni wilayah yang dikenal sebagai “Sabuk Gunung” meliputi Gunung Sumbing dipusatkan di Tuk Budoyo (Ndayan) Desa Losari Kecamatan Tlogomulyo; Gunung Sindoro di Embung Bansari; dan Gunung Prau di Benteng Sata Desa Campurejo Kecamatan Tretep.

Ketua panitia penyelenggara, Sutopo mengungkapkan, acara Dzikir Akbar yang diikuti para petani tembakau dan Majelis Dzikir Al Tsawab tersebut merupakan sebuah prosesi menjelang datangnya masa tanam pertama tembakau, yang jatuh sekitar bulan April tiap tahunnya.

Doa bersama yang digelar kali ini tak lain adalah wujud harapan para petani tembakau kepada Tuhan Yang Maha Esa agar pada musim panen tahun ini mendapatkan limpahan berkah.

“Ini merupakan saat-saat menjelang datangnya musim tanam pertama atau wiwitan tembakau tahun 2022. Kami menggelar doa bersama dan prosesi kirab tumpengan ini dengan harapan agar senantiasa mendapat limpahan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Acara dibagi ke tiga titik berbeda Sabuk Gunung secara serentak,” kata Sutopo dalam keterangan pers, Kamis (17/03).

 

 

 

2 dari 3 halaman

Suarakan Isu Tata Niaga Tembakau

Tak hanya doa bersama menjelang wiwitan tembakau, dalam momentum tersebut, para petani juga menyuarakan beberapa isu terkait tata niaga tembakau. Mulai problematika pajak cukai hingga masuknya tembakau impor yang dianggap tak berpihak kepada mereka.

“Kami berharap agar ke depan regulasi-regulasi dan kebijakan-kebijakan pemerintah pusat berpihak kepada petani tembakau. Antara lain derasnya tembakau impor yang menghambat penyerapan tembakau lokal nasional. Ini harus ada kajian ulang dari pemerintah,” pintanya.

Oleh sebab itulah, pihaknya berharap agar pemimpin ke depan adalah sosok yang membela kepentingan para petani, khususnya tembakau. Sehingga kebijakan-kebijakan serta peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah terkait tata niaga pertembakauan dapat sepenuhnya berpihak kepada para petani.

“Kita hanya ingin ke depan ada sosok pemimpin negeri ini yang mampu mengakomodir para petani tembakau. Jangan sampai muncul lagi peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berpotensi merugikan petani. Tembakau adalah potensi besar ekonomi dan pertanian. Petani juga harus sejahtera," tegasnya.

Selama ini para petani tembakau di Jawa Tengah mendapat dukungan dalam memperjuangkan kesejahteraan maupun aspirasi melalui Gubernur Ganjar Pranowo. Dialah sosok yang dari dulu sampai sekarang konsisten mengawal kami dalam urusan pertembakauan,” ujarnya.

 

 

3 dari 3 halaman

Masalah Menahun

Sementara itu, Suamin (48) salah seorang petani tembakau asal Desa Tlilir Kecamatan Tembarak mengungkapkan, bahwa dari tahun ke tahun problem yang melanda para petani tembakau hampir sama, yakni masalah pembelian produk panenan tembakau oleh pihak pabrikan.

“Kami cuma minta diperhatikan masalah kesejahteraannya. Pabrikan membeli produk tembakau hasil panen petani dengan harga murah selama dua tahun berturut-turut saja kita sudah kesulitan. Apalagi kadang faktor cuaca juga kurang mendukung,” ujarnya.

Ia menyebut, harga pembelian tembakau dari pabrikan sangat menentukan nasib kesejahteraan mereka lantaran selama proses produksi masing-masing petani mengeluarkan modal yang cukup besar.

“Kalau mintanya harga setinggi-tingginya, tapi kan kita juga lihat kualitas yang bergantung dengan musim juga. Contoh tipe Totol C dihargai Rp100.000 per kilo pas cuaca sedang, itu sudah lumayan. Apalagi pas cuaca mendukung mungkin harganya lebih dari itu,” pungkasnya.