Sukses

Minimalisir Tawuran, Polrestabes Semarang Giatkan Patroli Malam Selama Ramadhan

Beberapa waktu lalu di Kota Semarang marak terjadinya tawuran ataupun kontak fisik antar kampung maupun antar kelompok. Rata-rata pelaku tawuran adalah anak-anak yang masih di bawah umur.

Liputan6.com, Semarang - Memasuki bulan suci Ramadhan, Polrestabes Kota Semarang akan giatkan patroli setiap malam untuk memperkecil tindak kejahatan selama bulan Ramadhan. Mengingat, beberapa waktu lalu di Kota Semarang marak terjadinya tawuran ataupun kontak fisik antar kampung maupun antar kelompok. Rata-rata pelaku tawuran adalah anak-anak yang masih di bawah umur.

Selama 3-5 April 2022, kepolisian telah mencatat setidaknya tiga kali aksi tawuran. Tempat kejadian perkara (TKP) pertama di Karang Kimpul, Kaligawe, Kecamatan Gayamsari. TKP kedua di Jalan Cucut, Kelurahan Kuningan, Kecamatan Semarang Utara. Dan TKP ketiga berada di wilayah Tlogosari, Kecamatan Pedurungan.

"Untuk tawuran TKP Tlogosari masih dalam proses penyelidikan. Dilihat dari video yang beredar, itu tawuran menggunakan sarung yang kayaknya diduga diisi oleh benda," ujar Kasatreskrim Polrestabes Semarang, AKBP Donny Lombantoruan, Kamis (7/4/2022).

Ia mengatakan, untuk mengatasi dan meminimalisir aksi tawuran yang terjadi di Kota Semarang, pihaknya akan bekerja sama dengan jajaran Polsek melakukan patroli di tempat-tempat yang sering terindikasi dijadikan ajang kontak fisik antar kelompok.

"Kita akan menggerakkan tim patroli dari Polrestabes maupun Polsek termasuk Tim Elang, akan mengamankan titik-titik rawan terjadi aksi tawuran," paparnya.

 

 

2 dari 2 halaman

Pelaku Sebut Tawuran Sudah Tradisi Ramadhan

Ia menjelaskan, jika aksi tawuran memang sudah terjadi, pihaknya akan langsung melakukan penyelidikan dan upaya penangkapan terhadap orang-orang yang terindikasi tergabung dalam aksi kekerasan tersebut. Hal itu harus dilakukan untuk memberi efek jera dan hukuman bagi pelaku tawuran.

"Apabila terjadi seperti ini dan apalagi sampai viral, kita akan segera dalami, selidiki dan kita ungkap pelakunya. Dan minimal dengan adanya rilis kasus seperti biasanya bisa memberikan efek jera agar tidak mengulangi tawuran lagi," terangnya.

Menurutnya, aksi tawuran terjadi karena adanya saling tantang antar kelompok lewat media sosial. Ia pun kaget, dari pengakuan pelaku tawuran yang sudah diamankan, kegiatan kontak fisik yang membahayakan ini adalah tradisi yang sudah lama dilakukan saat memasuki bulan Ramadhan.

"Ada tantang-tantangan begitu, dikhawatirkan apabila tidak dicegah bisa ada korban. Dari pelaku memang ini dianggap tradisi atau budaya padahal mungkin hanya kebiasaan yang negatif bukan tradisi. Karena kalau tradisi harusnya yang baik-baik. Kalau ini (tawuran) turun-temurun yang dilaksanakan," ucapnya.