Sukses

Sejarah Menarik Bubur Samin, Kuliner Khas Ramadhan Asal Banjar di Solo

Bubur Samin menjadi salah satu takjil legendaris yang paling dinantikan masyarakat Solo dan sekitarnya.

Liputan6.com, Solo - Dari sekian banyak kuliner di Kota Solo menjelang berbuka puasa, bubur samin menjadi salah satu takjil legendaris yang paling dinantikan masyarakat. Sempat vakum selama 2 tahun karena kondisi pandemi, akhirnya di bulan Ramadhan tahun 2022 ini bubur samin kembali dihadirkan di  Masjid Darussalam, Jayengan, Serengan, Solo, Jawa Tengah.

Melansir dari laman resmi Pemkot Surakarta, bubur yang memiliki cita rasa gurih ini dibuat dengan bahan baku  beras, daging sapi, susu, rempah, dan santan. Kemudian ditambahkan dengan minyak samin yang membuat warnanya menjadi kekuningan.

Bubur ini dibagikan secara gratis setiap menjelang berbuka puasa di bulan Ramadhan. Diketahui bahwa proses pembuatan bubur samin juga memakan waktu yang cukup lama yakni dari pukul 11.30 WIB hingga 15.00 WIB.

Setiap harinya diperlukan 45-50 kg beras untuk membuat 1.000 porsi bubur samin. Porsi yang disediakan memang sangat banyak karena yang datang untuk berburu bubur samin ini tak hanya berasal dari Solo tapi juga beberapa masyarakat  daerah lain seperti Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali, hingga Klaten.

Saat hari memasuki waktu salat Ashar, warga mulai datang berbondong-bondong membawa wadah pribadi untuk mendapatkan bubur samin. Tahun ini kabarnya pembagian bubur dibagi menjadi 2 tahap dengan porsi sebanyak 1.300 porsi. Pertama, sekitar 300 porsi akan disajikan untuk buka bersama di Masjid Darussalam. Kedua, 1.000 porsi lainnya akan dibagikan kepada masyarakat yang datang mengantre.

2 dari 2 halaman

Sejarah Bubur Samin di Solo

Kuliner bubur samin ini bukan makanan khas Solo melainkan dari masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan. Di tahun 1907 banyak pendatang saudagar dan perajin batu mulia asal Martapura, Kalimantan Selatan yang merantau ke Solo. Saat itu juga mereka mulai mendirikan tempat beribadah atau sebuah langgar di Jayengan dengan dinding anyaman bambu. Namun karena peradaban terus berkembang, kemudian di tahun 1930 langgar tersebut direnovasi dan dibangun dengan dinding tembok yang kemudian dikenal sebagai Masjid Darussalam.

Masjid tersebut juga menjadi tempat pertemuan para saudagar di Solo. Saat sedang berkumpul khususnya di bulan Ramadhan bubur samin ini menjadi kuliner khas yang dihidangkan. Sejak tahun 1960-an tersebut takjil bubur samin ini kemudian menjadi sebuah tradisi Ramadhan di Solo. 

Video Terkini