Liputan6.com, Jakarta - Demam itu semakin menjadi, dan ternyata terus terjadi. Awalnya tak meyakinkan, tapi kini menjadi buruan. Dalam sekejap menjadi perhatian semua insan. Kini, semua menunggu momen istimewa yang bakal bikin deg-degan.
Itulah deskripsi singkat terkait apa yang sedang terjadi di seputar persiapan menuju perhelatan balap formula yang paling bergengsi di Indonesia sejak dua dekade terakhir. Yup, Jakarta E-Prix, atau lebih dikenal Formula E Jakarta, bakal mengguncang Tanah Air pada 4 Juni 2022.
Kehadiran para pembalap Formula E di Jakarta, bakal menjadi magnet. Maklum, beberapa nama sudah tak asing lagi bagi telinga penggila balap formula. Sebagian mereka pernah berkarier di balapan jet darat, Formula 1.
Advertisement
Kehebohan Formula E Jakarta dan kehadiran para pembalap papan atas, semakin memberi kesan luar biasa. Efek dari mereka bukan semata tiket yang ludes, melainkan juga ketidaksabaran publik untuk merasakan sensasi balapan formula dengan mesin utama berlatar listrik.
Tentu, bukan hal biasa bagi publik Indonesia, karena kendaraan listrik di Tanah Air juga masih bisa dihitung dengan jari. Memang, hybrid sudah bermunculan, baik di mobil maupun sepeda motor, tapi murni tenaga berasal dari listrik, masih sangat jarang.
Oleh karena itu, keberadaan Formula E Jakarta menjadi sarana luar biasa untuk meng-elektrifikasi publik, sekaligus mengampanyekan keberadaan mobil listrik. Bahkan, bisa lebih jauh lagi, yakni mengenalkan kehebatan, keunggulan dan kepraktisan kendaraan listrik, bukan cuma mobil saja.
Sulit, susah atau ragu?. Mungkin tiga kata yang berujung pertanyaan tersebut menjadi hal wajib bagi sesuatu yang sedang dimulai. Namun, berkaca dari hasil penelitian tim LIPI pada 2014 silam, potensi kendaraan, khususnya mobil listrik, sangat besar di Indonesia.
Tipikal mobil Formula E membuat penasaran publik. Momen Jakarta E-Prix inilah yang menjadi sarana 'maknyus' bagi semua pihak yang ingin mobil listrik berkembang pesat di Indonesia. Tentu, tak perlu meniru spesifikasi apapun dari tunggangan Mitch Evans dkk.
Hanya saja, spesifikasi jet darat listrik ini bisa memberi gambaran kalau mobil elektrik juga tak akan kalah jago dibanding yang konvensional. Khusus balapan tahun 2022, penyelenggara menyebut mobil itu sebagai Gen 2.
Secara spesifikasi memiliki panjang 5,16 meter, lebar 1,77 meter dan tinggi 1,05 meter. Hebatnya, mobil ini memiliki tenaga 250 kilowatt. Jika dikonversikan ke satuan konvensional, setara dengan 335 daya kuda.
Kehebatan mobil balap listrik ini juga didukung dengan baterai 52 KwH. Pihak penyelenggara mengklaim, baterai tersebut dua kali lipat lebih besar dibanding mobil Gen 1.
Kehebatan lain, yang juga bisa diterapkan ke mobil produksi massal adalah sistem rem. Para perancang mobil Formula E menggunakan energi dari putaran roda diubah ke energi listrik yang akan dikembalikan ke baterai.
Variasi Mobil Listrik
VIdeo Mobil Listrik
Pengalaman Berbeda
Selain itu, panggung Formula E Jakarta, yang menjadi ke-9 musim ini, akan memberi pengalaman berbeda. Jika biasanya para penonton bakal mendengarkan raungan sangar mesin-mesin dari kendaraan balap, kini akan berbeda.
Para penonton, baik yang hadir langsung di sirkuit ataupun menonton via layar perak atau gadget, bakal menikmati sensasi tersendiri. Penasaran bukan?, makanya jangan sampai terlewat momen 4 Juni 2022 tersebut.
Lebih dari sekadar tontonan balap, perhelatan Jakarta E-Prix akan membuka mata publik di Tanah Air tentang bagaimana sebenarnya masa depan mobil listrik. Peneliti dari LIPI, Ridwan Arief Subekti menulis, pengembangan mobil listrik menjadi penyokong utama beberapa program penting.
Seperti misalnya menuju zeo emission, lalu bakal terkait isu perubahan iklim, juga dari sisi konsumen keberadaan pertumbuhan kelas menengah yang meningkat, bonus demografi dan penetrasi teknologi digital. Realisasi penggunaan dan produksi mobil listrik juga bakal menunjang peningkatan tren penggunaan energi baru dan terbarukan.
Sekadar informasi, status energi baru dan terbarukan saat ini sanggup menjadi katalisator transformasi industri kendaraan bermotor nasional menuju teknologi 'zero emission'.
Tahap demi tahap interaksi publik Indonesia dengan kendaraan listrik sudah mulai intens sekitar tiga tahun terakhir. Penelitian Katadata menunjukkan, pada 2019 Indonesia mulai menjual kendaraan listrik berbasis baterai hibrida, dan terjual 25 unit.
Angka tersebut terus menanjak dari tahun ke tahun. Data Gaikindo menunjukkan, sampai Maret 2022, penjualan mobil listrik berbasis baterry electric vehicle alias BEV menyentuh 64 uni, 10 uni (PHEV/plug-in hybrid electric vehicle) dan 646 unit (HEV/hybrid electric vehicle).
Beberapa fakta tersebut mengonfirmasi pendapat Ketua V Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Shodiq Wicaksono. Ia mengatakan, industri otomotif nasional masih membutuhkan transisi sebelum sepenuhnya menuju mobil listrik.
Ia berpendapat, perubahan mobil dari mesin pembakaran internal ke BEV sangat radikal. "Bahkan, itu akan mengubah struktur industri otomotif nasional, mulai dari manufaktur, pemasok komponen, hingga konsumen," kata Shodiq.
Oleh karena itu, sosialisasi dan penetrasi kampanye ke masyarakat luas menjadi pekerjaan tak ringan. Langkah Indonesia menjadi tuan rumah Formula E, yang terealisasi di Jakarta E-Prix, menjadi pembuka luas pintu gerbang.
Maklum, benefit dari kehadiran kendaraan listrik, termasuk mobil listrik sangat berlimpah. Nyaris semuanya berkaitan dengan kehidupan di sekitar manusia itu sendiri.
Advertisement
Benefit Luar Biasa
Satu yang pasti, kendaraan listrik berstatus ramah lingkungan. Secara spesifik, kendaraan yang kini beredar berbahan bensin menghasilkan luaran berupa gas CO2 dan Karbon monoksida. Komposisi tersebut buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Di sinilah keunggulan 'menohok' kendaraan/mobil listrik. Mereka tak mengeluarkan asap ke udara, sehingga membantu polusi udara. Hasil riset menemukan, satu mobil listrik bisa mengurangi pencemaran udara hingga 4,6 metrik ton gas rumah kaca.
Selain itu, mobil listrik bisa berjalan dari sumber energi terbarukan, yang berarti selalu bisa diperbaharui. Hal itu berbeda dengan mobil sekarang yang dominan menggunakan bensin yang berarti dari minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.
Ada beberapa poin lain yang menjadi benefit ketika mengendarai mobil berbahan bakar listrik. Di antara hal tersebut antara lain berkendara yang lebih nyaman, sehingga nuansa perjalanan menjadi lebih mulus. Hal ini berkaitan dengan kualitas mesin yang hampir tidak mengeluarkan suara, terutama ketika dalam kondisi baterai penuh.
Keuntungan lain yang bisa dirasakan pengguna mobil listrik adalah perawatan yang mudah, punya level keamanan dalam berkendara yang sangat baik. Secara khusus, faktor keamanan yang biasanya ada pada mobil listrik adalah Intelligent Transport System (ITS), yang akan langsung memutus aliran listrik pada mesin ketika terjadi tabrakan.
Ada juga keuntungan lain, seperti hemat untuk jangka panjang. Hal ini berkaitan dengan pengeluaran dana. Secara simpel, mobil ini tak membutuhkan oli dan bensin, jadi cukup mengisi daya baterai menggunakan listrik di rumah. Hasil riset mengungkapkan, jarak tempuh 120 kilometer, pengguna hanya memakan biaya Rp75 ribu.
Beragam benefit, baik untuk lingkungan, manusia sampai teknis penggunaan, membuat pemerintah melirik serius pengembangan mobil listrik ini. Oleh karena itu, pemerintah bertekad mempercepat ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu sampai hilir.
“Kami optimistis industri otomotif di tanah air akan menjadi pemain penting dalam global supply chain, termasuk upaya memproduksi kendaraan dengan emisi karbon rendah dan ramah lingkungan,” kata Taufiek Bawazier, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE).
Taufiek berjanji, dalam mengakselerasi pembangunan ekosistem kendaraan listrik, tidak hanya menggenjot dari sisi produktivitasnya saja. Setidaknya harus ada pusat pembelajaran teknologi elektrifikasi dan penguatan kompetensi sumber daya manusia industri.
Satu yang pasti, pemerintah sudah menyiapkan payung hukum insentif Research, Development, and Design (RnDnD). Hal itu tercermin melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153 Tahun 2020 tentang Pemberian Pengurangan Penghasilan Bruto atas Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Tertentu di Indonesia. Fasilitas ini berupa super tax deduction sampai dengan 300% bagi perusahaan industri yang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan.
Setelah semuanya terkonsep dan terealisasi secara bertahap, mobil listrik akan menjadi budaya bagi masyarakat di Indonesia. Dan, Jakarta E-Prix alias Formula E Jakarta 2022, hadir di saat yang tepat menjadi pembuka pintu gerbang katalisator semakin meningkatnya budaya mobil listrik di Tanah Air.