Sukses

Heboh Temuan Jejak Harimau di Banjarnegara, Ini Hasil Analisa BKSDA Jateng

Jejak tapak harimau sempat mengkhawatirkan warga Banjarnegara, karena hewan buas itu bisa saja menyerang warga

Liputan6.com, Banjarnegara - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah melakukan analisis terhadap jejak satwa liar, yang dikabarkan sebagai harimau, yang ditemukan warga di area persawahan dan kebun sekitar hutan Jlegong, Desa Penawaran, Kabupaten Banjarnegara.

"Kami sudah mengumpulkan informasi dan data-data yang selanjutnya dikirim ke balai (BKSDA) di Semarang untuk dianalisis," kata Kepala Resor Konservasi Wilayah Wonosobo Adi Adianto saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis, dikutip Antara.

Ia mengatakan pihaknya belum bisa memastikan jenis satwa liar yang jejaknya ditemukan di sekitar Desa Penawaran, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara itu.

Menurut dia, hal itu disebabkan jejak satwa yang ditemukan sudah cukup lama sehingga penampakannya tidak terlalu jelas.

"Saat kemarin kami mengumpulkan data, jejaknya sudah sekitar 4-5 harian, sehingga tidak diketahui apakah pada jejak itu ada bekas kukunya atau tidak. Kami juga tidak menemukan kotorannya, hanya jejak di sawah itu," katanya.

Kendati demikian, Adi mengatakan berdasarkan dugaan sementara, jejak tersebut bukanlah bekas tapak harimau (Panthera tigris) seperti yang dikhawatirkan warga karena satwa liar itu memiliki tubuh yang besar.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Macan Tutul?

Menurut dia, dugaan tersebut berdasarkan hasil pengukuran terhadap panjang tapak pada jejak yang berkisar 7-7,3 centimeter.

"Kalau harimau lebih besar lagi. Mungkin juga macan tutul atau macan kumbang (Panthera pardus melas), tapi ukuran tapaknya juga besar, sekitar 8-10 centimeter, kalau kucing hutan mungkin juga bisa karena kemarin kami juga menemukan jejak-jejak berukuran kecil, sekitar 3 centimeter," katanya.

Selain itu, kata dia, berdasarkan hasil pemetaan juga diketahui bahwa jarak lokasi penemuan jejak satwa liar tersebut dengan hutan sekitar 10 kilometer dan merupakan hutan produksi terbatas (HPT) milik Perhutani yang ditanami pinus, sehingga sangat kecil kemungkinannya dihuni macan tutul.

Disinggung mengenai kemungkinan adanya habitat macan tutul di sekitar Kabupaten Banjarnegara, Adi mengakui jika masyarakat sering memberikan informasi terkait dengan keberadaan satwa liar tersebut, namun pihaknya belum melakukan survei atau penelitian di wilayah Banjarnegara khususnya Desa Penawaran.

Menurut dia, habitat macan tutul atau kumbang di Jateng sementara ini berada di Pulau Nusakambangan dan Gunung Muria.