Sukses

Hewan-Hewan Buas Penebar Maut di Pulau Kematian Nusakambangan, Lebih Menyeramkan Dibanding Alcatraz

Napi yang kabur dari penjara Nusakambangan bisa saja kesasar, dan bahkan, ini yang paling menakutkan, mati karena hewan buas. Hutan perawannya, adalah hutan misterius yang dihuni oleh beragam satwa liar

Liputan6.com, Cilacap - Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, dikenal karena dua hal, yakni penjara tak tertembus dan kematian. Di pulau ini tiap lapas bersistem keamanan khusus dan super maksimum.

Saking ketatnya, Nusakambangan juga disebut Alcatraz-nya Indonesia. Alcatraz adalah penjara yang disebut paling menyeramkan di dunia dan terletak di teluk San Fransisco, California, Amerika Serikat.

Penjara Alcatraz tamat riwayat lebih dari setengah abad silam.

Lebih dari itu, Nusakambangan dinilai lebih sulit ditembus dibanding Alcatraz. Pasalnya, selain ketat, penjara di Nusakambangan dikepung hutan belantara tak tertembus.

Napi yang kabur dari penjara Nusakambangan bisa saja kesasar, dan bahkan, ini yang paling menakutkan, mati karena hewan buas. Hutan perawannya, adalah hutan misterius yang dihuni oleh beragam satwa liar.

Ular piton, buaya muara, dan macan kumbang atau macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) adalah beberapa penghuni endemik "Pulau Kematian" ini. Satwa-satwa liar itu adalah penjaga-penjaga pulau alamiah yang dimiliki Nusakambangan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Sebaran Macan Kumbang di Pulau Nusakambangan

Yang disebut terakhir, macan tutul Jawa, jumlahnya tak main-main. Hewan predator yang soliter ini terdeteksi berjumlah 18 ekor. Jumlah yang lebih dari cukup, hanya untuk menghabisi napi yang tersesat.

Dari 18 ekor macan tutul yang terdeteksi di Nusakambangan, 12 di antaranya adalah jenis macan tutul (Panthera pardus). Sedangkan enam lainnya berjenis macan kumbang atau tutul Jawa.

Sebanyak 18 macan tutul itu terdeteksi terakhir kali pada Oktober 2017. Ketika itu, BKSDA Jawa Tengah memasang kamera pengintai (trap camera) di sejumlah lokasi Pulau Nusakambangan.

Sayangnya, saat itu, kamera yang terpasang tak mendeteksi ada anak macan tutul. Hal ini terjadi lantaran kamera pengintai tak dipasang menyeluruh di Pulau Nusakambangan.

Padahal, diyakini Pulau Nusakambangan masih cukup mendukung untuk kehidupan macan tutul. Di pulau penjara ini masih tersedia makanan alamiah, seperti babi hutan, kera, biawak, berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan ular, serta kancil.

Oleh karenanya, diperlukan perlindungan dan peningkatan konservasi untuk kawasan hutan habitat yang memiliki luas sekitar 500 hektare. Terutama di koridor habitat kehidupan liar di Nusakambangan.

Tim Rembulan