Liputan6.com, Cilacap - Sekitar lima atau enam tahun silam, petani di Cilacap, Jawa Tengah mulai mengaplikasikan pemberantasan tikus dengan burung hantu jenis Serak Jawa atau Tyto Alba.
Mereka memasang rumah burung hantu (rubuha) seperti yang dilakukan oleh petani di Kudus. Keberhasilan program burung hantu pemangsa tikus di Kudus diharapkan menular ke Cilacap dan meningkatkan produktivitas pertanian, terutama padi.
Pasalnya, tikus telah menjadi permasalahan laten yang terus mengganggu tanaman petani. Tak jarang, dalam serangan berat, petani rugi 80-90 persen dari potensi produksi.
Advertisement
Baca Juga
Pemerintah dan sejumlah pihak lantas membuat demonstration ploting (demplot) di Cilacap wilayah timur, seperti Kroya, Adipala, Nusawungu dan kecamatan lainnya.
Ternyata program ini berhasil dan mampu meningkatkan produktivitas padi petani. Lantas, dengan dukungan beberapa pihak lain, program rubuha ini diaplikasikan menyeluruh, di 24 kecamatan.
Burung hantu terbukti menjadi solusi pemberantasan tikus secara alami. Hewan nokturnal ini sangat efektif mengendalikan hama tikus. Pasalnya, dalam sehari burung ini mampu mengonsumsi enam ekor tikus. Jumlah konsumsi harian itu bertambah saat sepasang burung hantu sedang berkembangbiak.
Sepasang burung hantu memiliki daya jelajah sekitar 6-10 kilometer persegi dan aktif pada malam hari, atau saat tikus aktif. Tyto Alba mahir berburu di kegelapan malam.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Ancaman Pemburu Liar
Namun kini, pemberantasan hama tikus dengan burung hantu telah terancam. Perawatan rubuha dan pemburu liar jadi biang keladi.
Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Cilacap, Surur Hidayat mengatakan, burung hantu tersebut banyak diburu karena jenisnya yang langka. Padahal, jenis Tyto Alba ini sangat efektif menjadi predator pengendali hama tikus.
"Artinya, memasang rumah-rumah agar burung hantunya datang. Itu tahun kemarin itu sudah mulai dihuni, oleh burung hantu yang datang itu," kata penyuluh pertanian di Cilacap, Surur hidayat, Rabu (13/7/2022).
Terbukti, daerah yang biasanya gagal panen karena serangan tikus relatif lebih berhasil seturut dikembangkannya rubuha (rumah burung hantu) dan pelepasliaran burung hantu di kawasan tersebut.
Belakangan program ini terancam karena populasi yang cenderung menurun. Salah satunya karena rusaknya rubuha di area persawahan. Penyebab lainnya adalah banyaknya burung hantu yang ditembak oleh pemburu liar.
"Tapi kalau sekarang kita kurang pengamatan. Butuh perawatan terus banyak diburu orang sehingga burung hantunya mungkin sudah mulai berkurang," kata dia.
Tim Rembulan
Advertisement