Liputan6.com, Yogyakarta - Tokoh pantomim Indonesia Jemek Supardi meninggal dunia, Sabtu (16/07/22). Jenazah dimakamkan Minggu (17/7/22) di Makam Seniman Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Jemek Supardi atau akrab disapa Mbah Jemek meninggal dunia dunia di usia 69 tahun. Selama kiprahnya di dunia teater Indonesia ia sudah menghasilkan banyak mahakarya yang menginspirasi anak muda.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut sederet fakta Jemek Supardi tokoh pantomim Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
1. Meniti Karier dari Belakang Panggung
Mbah Jemek dikenal sebagai seniman yang cerdas, namun siapa sangka Mbah Jemek hanya lulusan SMP. Mekipun Mbah Jemek sempat mengeyam penddikan seni rupa di Sekolah Menengah Seni Rupa Indonesia meskipun hanya 3 bulan lamanya.
Mbah Jemek memulai karier dengan mengikuti berbagai kelompok teater, contohnya Teater Boneka, Teater Alam, dan Teater Dinasti. Di tahun 1977 atau semasa masih bergabung dalam Teater Dinasti, Jemek mengalami kesulitan menghafal dialog.
Karena itu, ia malah dipercaya mengurus properti dan kostum. Menariknya, meski merasa memiliki kekurangan, Jemek Supardi justru mempelajari hal baru, yaitu soal pantomim.
Ia belajar secara autodidak atau tanpa figur guru. Ia malah rajin menonton pentas pantomim dari seniman terdahulunya, termasuk tokoh pantomim asal Prancis, Marcel Marceau yang pernah menggelar pentas di Yogyakarta.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bapak Pantomim Indonesia
2. Bapak Pantomim Indonesia
Di kalangan seniman pantomime Indonesia, Mbah Jemek Supardi adalah maestro. Ia mendapat predikat 'Bapak Pantomim Indonesia' karena komitmen dan ketekunannya sebagai pelaku kesenian tersebut.
Gerak tubuh yang gemulai, ekspresi yang penuh hasrat, sampai make up yang digunakan pun selalu totalitas. Keunikan yang akan selalu dikenang dari sosok Mbah Jemek Supardi adalah ketika kerap tampil di tempat-tempat tak lazim.
Misalkan saja seperti di pasar, tengah jalan, sampai di salah satu rumah sakit jiwa di Magelang. Diketahui pada tahun 1997, Jemek Supardi pernah membuat keributan dengan mendadak menggelar pertunjukan pantomim di Jalan Malioboro yang membuat kemacetan.
3. Mendapatkan Sederet Penghargaan
Kiprahnya sebagai seniman pantotmim tak perlu diragukan lagi. Berkat kehebatannya Mbah Jemek pernah mendapatkan penghargaan seni dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Menunggu (Kabar) Kematian (2008), Pisowanan (2008), Calegbrutussaurus (2009), Buku Harian Si Tukang Cukur (2012), dan Jemek Ngudarasa (2013), merupakan lima karya terakhir Mbah Jemek yang terkenal sebelum akhirnya ia meninggal dunia.
Advertisement