Sukses

Cerita Miris SD 03 Sadahayu Cilacap Hanya Dapat Murid 2 Tahun Sekali, Kenapa?

SD 03 Sadahayu ternyata hanya dapat murid baru tiap dua tahun sekali. Di luar itu, jarang sekali ada anak umur 7 tahun yang masuk SD ini. Dan ini sudah menjadi tradisi sejak sekolah ini pertama kali berdiri pada sekitar 1985.

Liputan6.com, Cilacap - SD 03 Sadahayu ternyata hanya dapat murid baru tiap dua tahun sekali. Di luar itu, jarang sekali ada anak umur 7 tahun yang masuk SD ini. Dan ini sudah menjadi tradisi sejak sekolah ini pertama kali berdiri pada sekitar 1985.

Selain menghadapi ancaman sekolah yang akan ambruk, SD 03 Sadahayu juga memiliki masalah lain. Yakni jumlah siswa yang sangat sedikit.

Saat ini, siswa SD 03 Sadahayu hanya ada 26 anak. Mereka terdiri dari 4 anak di kelas 2, 11 anak di kelas 4 dan 6. Sementara kelas 1, 3 dan 5 tidak ada siswa sama sekali. Ini artinya, tahun ajaran 2022 tidak ada siswa baru yang mendaftar.

Kepala SD 03 Sadahayu, Setu Ali Santoso mengatakan, jumlah siswa SD ini memang sangat terbatas. Ini karena jumlah warga di sana sangat kecil dan hanya ada sekitar 134 rumah. Seluruh siswa SD ini merupakan warga Dusun Timbang 1 Desa Sadahayu Kecamatan Majenang, Cilacap.

"Karena warga sangat sedikit, hingga SD ini selalu dapat murid baru tiap 2 tahun," kata Setu, di Cilacap, Kamis (21/7/2022).

Beda dengan 2 SD lainnya di Desa Sadahayu yang "mengampu" warga dari 2 atau 4 dusun sekaligus. Seperti SD 02 Sadahayu yang "sumber murid baru" dari 2 dusun. Sementara SD 01 lebih banyak lagi, yakni 4 dusun.

Karena itu, tiap tahun guru sudah bisa menghitung calon siswa baru yang akan masuk. Saat ini setidaknya ada 4 atau 6 calon murid baru yang akan masuk tahun 2023.

"Karena warga sini memang sangat sedikit. Jadi tidak mesti tiap tahun ada anak usia sekolah SD," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Warga Menolak Re-grouping Meski Gedung Rusak

Meski memiliki siswa sedikit, warga Dusun Timbang 1 Desa Sadahayu Kecamatan Majenang, Cilacap menolak jika SD 03 harus di regrouping. Penyebabnya dusun ini sangat jauh dari SD terdekat.

Pasalnya, lokasi dusun ini nyaris berada di ujung desa dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Untuk bisa ke sana, butuh tenaga ekstra karena jalan terjal dan rusak.

Karena kondisi terpencil dan jauh dari SD lainnya, warga sejak lama menolak jika pemerintah menerapkan re-grouping atau penggabungan dengan sekolah lain. Sekolah ini menjadi satu-satunya sarana pendidikan di dusun terpencil itu.

"Dari Dusun Timbang ke SD 01 butuh waktu 1 jam. Jalan rusak dan penuh tanjakan ekstrim," ujar Kepala Dusun Timbang 1, Rusdi, Kamis (21/7/2022).

Dia justru mengaku khawatir jika re-grouping ini tetap dipaksakan. Maka akan banyak anak usia SD yang tidak bersekolah. Karena mayoritas orang tua akan mengalami kesulitan untuk mengantar anak-anak mereka ke sekolah di luar dusun.

"Pasti anak-anak kami tidak bisa sekolah. Dari dulu warga selalu menolak re-grouping," katanya.

Hingga saat SD 03 nyaris ambruk, warga kemudian menuntut agar segera ada perbaikan. Dengan demikian, anak-anak bisa kembali masuk sekolah seperti semula. Untuk sementara, siswa SD 03 Sadahayu terpaksa belajar di posyandu. Tentu saja bangunan ini tidak layak untuk belajar.

Alasannya karena bangunan sangat sempit. Untuk membuat kelas, warga dan pihak sekolah hanya membuat sekat dari bahan triplek setinggi 1,5 meter. Tentu saja, suara guru akan terdengar sampai ke kelas lain dan akan menggangu konsentrasi siswa.

"Posyandu ini kan sementara dan tidak layak sekali untuk belajar. Kami minta agar SD ini bisa segera diperbaiki," kata Ketua Komite SD 03 Sadahayu, Sahudin Sakin.

Tim Rembulan-HAR