Liputan6.com, Jakarta Insiden ritual maut yang menelan 11 orang meninggal di Pantai Payangan Jember Jawa Timur masih dalam tahap penyelidikan oleh polisi.
Pimpinan Padepokan Tunggal Jati Nusantara tengah diperiksa polisi atas kasus tersebut. Sementara itu Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo mengatakan, saat ritual berlangsung angin tidak begitu kencang, namun karena dilakukan dini hari pandangan mata berkurang, sehingga kurang sensitif melihat kondisi sekitar.
"BMKG mencatat tinggi gelombang laut saat terjadi peristiwa ritual maut di Pantai Payangan Jember Jawa Timur pada Minggu 13 Februari 2022 mencapai 2,5 meter dengan kecepatan angin 5-15 knot atau sekitar 9 km - 27 km per jam," ujar dia dilansir Antara, Rabu (16/2/2022).
Advertisement
Baca Juga
Namun demikian, dia menegaskan, kondisi Pantai Selatan Jawa patut diwaspadai karena memiliki karakteristik garis pantai yang curam. Artinya, pantai hanya beberapa meter kemudian langsung curam ke dalam.
Batas pantai dangkal dan curam, ada kelihatan pecah ombak hingga sampai mendekati lokasi pecah ombak.
Terseret ombak dapat disebabkan oleh adanya rip curreny atau arus kuat yang bergerak menjauh dari pantai hingga dapat menyeret suatu objek ke laut.Kecepatannya bervariasi, tergantung pada kondisi gelombang, pasang surut dan bentuk pantai tentunya sangat berbahaya bagi pengunjung.
Penyebabnya, karena adanya pertemuan ombak yang sejajar dengan garis pantai, sehingga menyebabkan terjadinya arus balik dengan kecepatan tinggi.
Agar terhindar dari musibah tersebut, taati larangan atau aturan yang ada di pantai. Apabila terseret rip current, jangan melewati arus, berenang keluar dari arah arus dan usahakan tetap di permukaan air.
Ritual di Pantai Payangan Jember menyebabkan 11 orang meninggal dunia terseret gelombang laut.