Sukses

Membuat Eco Enzim Sekaligus Kurangi Sampah Rumah Tangga

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktik pembuatan eco enzim tersebut diantaranya adalah sampah dari kulit buah dan sayur, gula merah, air mentah serta beberapa wadah dan botol plastik.

Liputan6.com, Jatim - Universitas Dinamika (Undika) bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya, Jawa Timur menggelar pelatihan pembuatan eco enzim di Kelurahan Kedung Baruk Rungkut.

"Eco enzim ini selain banyak sekali manfaatnya, bahan-bahan untuk membuatnya pun mudah didapatkan," ujar Lilis yang juga mengajar sebagai Dosen Perpajakan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undika, Kamis (17/2/2022).

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktik pembuatan eco enzim tersebut diantaranya adalah sampah dari kulit buah dan sayur, gula merah, air mentah serta beberapa wadah dan botol plastik.

Dalam mencontohkan pembuatan eco enzim, pihaknya menggunakan 900 gram sampah kulit buah, 3 liter air mentah serta 300 gram gula merah.

Langkah pertama, ia menuangkan langsung 300 gram gula merah yang sudah dihancurkan ke dalam sebuah wadah plastik besar, kemudian dilarutkan dengan 3 liter air mentah.

Setelah kedua bahan tersebut larut, semua sampah kulit buah dan juga beberapa sisa potongan sayuran dimasukkan kedalamnya.

"Semua sampah dapur bisa digunakan, yang penting jangan berlemak, jangan terkena minyak dan jangan yang bertekstur keras," ujarnya.

Setelah semua bahan tersebut diaduk, maka tutup rapat wadah plastik tersebut dan biarkan selama hingga 3 bulan. Kemudian di minggu pertama dan ketiga dilakukan pembukaan tutupnya untuk mengeluarkan gas.

"Setelah 3 bulan itu nanti cairan eco enzim baru bisa disaring dan dipisahkan ke wadah baru atau botol-botol plastik," jelas Lilis

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kurangi Sampah

Salah seorang peserta pelatihan, Surachman (67) mengatakan ia sangat bersemangat dan senang saat mengetahui bahwa Undika mengadakan pelatihan tentang pembuatan eco enzim di kelurahan tempatnya tinggal.

"Sampai saat ini saya belum pernah membuat (eco enzim), tapi saya sering cari tahu di internet dan kebetulan saya punya banyak bahan di desa seperti buah-buah jeruk yang terkena hama yang bisa dimanfaatkan," tuturnya.

Surachman yang mengaku sudah menggeluti dunia bercocok tanam ini sebelumnya sudah berhasil mengolah lindi, oleh sebab itu dengan bahan yang hampir serupa ini, ia ingin langsung praktik membuat eco enzim karena tertarik berkat banyaknya manfaat yang dihasilkan.

"Banyak manfaat yang didapatkan disini salah satunya kita bisa membantu pemerintah daerah untuk mengurangi sampah dengan cara pengelolaan sampah organik seperti ini," ungkap Surachman.