Liputan6.com, Surabaya - Selain terkenal sebagai destinasi wisata, Yogyakarta juga menjadi pilihan sebagai tempat tinggal yang cocok untuk menghabiskan hari tua. Mitos masyarakat Yogyakarta panjang umur juga tak sepenuhnya salah.
Saat berkunjung ke Yogyakarta, pasti pernah berpapasan dengan orang lanjut usia (lansia) yang biasanya masih mengenakan pakaian tradisional. Beberapa dari mereka bahkan masih aktif berkegiatan. Misalnya berdagang di pasar-pasar tradisional yang kerap dikunjungi wisatawan atau para buruh gendong yang berada di Pasar Beringharjo.
Dikutip dari berbagai sumber, Yogyakarta memiliki jumlah lansia terbanyak di Indonesia. Penduduk lansia di Yogyakarta mencapai 14,5 persen dari total penduduk 3,8 juta jiwa. Dengan kata lain, jumlah lansia di sana lebih dari 557.000 orang.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, berdasarkan Angka Harapan Hidup atau AHH menempatkan masyarakat Yogyakarta di posisi puncak. AHH ini dibedakan berdasarkan gender perempuan dan laki-laki.
Untuk perempuan, AHHÂ di Yogyakarta adalah 76,76 tahun. Sedangkan laki-laki AHH di Yogyakarta adalah 73,13 tahun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan AHH Indonesia, yaitu 73,33 untuk perempuan dan laki-laki 69,44 tahun.
Masyarakat percaya ada sejumlah faktor yang menyebabkan AHH di Yogyakarta cukup tinggi, yaitu gaya hidup dan budaya.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kualitas Udara
1. Kualitas Udara yang Bersih
Pada zaman dahulu transportasi di Yogyakarta hanya dapat mengandalkan bus dan kendaraan pribadi menjadi modal untuk mencegah polusi udara. Belum lagi alat transportasi tradisional lainnya seperti andong dan becak yang hanya sedikit mengeluarkan polusi udara.
Paling tidak kualitas udara di Yogyakarta lebih baik ketimbang kota-kota metropolitan lainnya di Indonesia.
2. Kultur Budaya dan Norma
Salah satu sikap hidup orang Yogyakarta adalah menerima dengan sabar namun tetap berusaha. Sikap hidup turun temurun khas orang Yogyakarta ini rupanya meningkatkan rasa percaya diri yang tinggi. Sehingga mereka tetap sekuat tenaga untuk berusaha, setelah berusaha mereka bersabar dan nrimo (menerima, ikhlas).
Selain sikap hidup turun temurun, banyak sekali pentas budaya dan seni yang di gelar di Yogyakarta juga turut menyumbang angka kenaikan AHH di Yogyakarta.
Dengan hadirnya aneka pentas seni dan budaya yang hampir digelar setiap pekan di kota budaya ini dapat meredakan setres masyarakat. Menghilangkan kejenuhan dan setres bisa membuat pikiran menjadi lebih fresh dan tentunya turut mempengaruhi kualitas hidup orang Yogyakarta.
Â
Advertisement
Hubungan Sosial
3. Hubungan Sosial
Pernah dengar orang Yogyakarta terkenal ramah-ramah, bahkan dengan orang asing?. Ya, relasi sosial masih sangat kental di Yogyakarta. Ikatan-ikatan solidaritas masih senangtiasa terjaga di kota ini.
Membuat kota Yogyakarta dipenuhi dengan orang-orang ramah dan suka menolong. Salah satu contohnya adalah saat terjadi sebuah bencana gunung meletus maupun banjir. Masyarakat akan bergotong-royong dengan sukarela membantu.
(Tifani)