Sukses

Legenda Terjadinya Banyuwangi Versi Serat Dharmagandul Menjadi Pembeda

ika Sri Tanjung dan Dewi Surati erat kaitannya dengan kesetiaan cinta, legenda terjadinya Banyuwangi yang satu ini beda lagi. Serat Darmagandhul juga menceritakan tentang penamaan Banyuwangi.

Liputan6.com, Banyuwangi - ika Sri Tanjung dan Dewi Surati erat kaitannya dengan kesetiaan cinta, legenda Banyuwangi yang satu ini beda lagi. Serat Darmagandhul juga menceritakan tentang penamaan Banyuwangi.

Menurut sejarawan Banyuwangi Suhailik, Serat Darmagandhul berkaitan dengan pengislaman Prabu Brawijaya oleh Sunan Kalijaga. Setelah kerajaan Majapahit diserbu oleh para wali dan pasukan Demak, maka Prabu Brawijaya yang tidak mau menghadapi putranya, Raden Patah kemudian meloloskan diri meningalkan istana.

“Perjalanan Prabu Brawijaya sampai di Blambangan, sebab Prabu Brawijaya bermaksud menyeberang ke Bali,” ujar Suhailik.

Sementara, Raden Patah yang bertemu Nyai Ngampeldenta di Ngampeldenta akhirnya menyadari kesalahannya. Ia mengutus sahabatnya, Sunan Kalijaga, untuk memohon supaya Brawijaya kembali ke Majapahit.

Sunan Kalijaga berhasil menemui Prabu Brawijaya sebelum berhasil menyeberang ke Bali. Semula Brawijaya tidak langsung mempercayai kata-kata Sunan Kalijaga.

“Namun setelah memperlihatkan  kesungguhanya, barulah Parabu Brawijaya mempercayai kata-kata Sunan Kalijaga tersebut,” ucap Suhailik.

Prabu Brawijaya akhirnya mau kembali ke istana. Sunan Kalijaga menerangkan Sultan Demak tidak akan sewenang-wenang lagi, apabila Prabu Brawijaya bersedia memeluk agama Islam.

Prabu Brawijaya tertarik dengan apa yang diakatakan oleh Sunan Kalijaga. Dia bermaksud memeluk agama Islam.

 

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Berdebat dengan Sabdopalon

Lalu Sunan Kalijaga berkata, sebagai pertada memeluk agama Islam, rambut Prabu Brawijaya harus dipangkas.

“Tapi pada waktu rabut Prabu Brawijaya pada saat dipangkas ternyata tidak mempan. Itu pertada meski Prabu Brawijaya sudah menyatakan memeluk Islam, akan tetapi batinnya belum sepeunuhnya mau memeluk islam,” kata Suhailik.

Dan setelah Prabu Brawijaya menyatakan kesediaannya secara lahir dan batin memeluk agama Islam, maka baru lah rambut Prabu Brawijaya bisa dipangkas. Setelah Parabu Brawijaya masuk agama Islam, ia mengajak pembantunya  Sabdopalon untuk mengikuti jejaknya.

Sabdopalon menolak, bahkan merasa kecewa terhadap Prabu Brawijaya. Sabdopalon bersikukuh menganut agama yang sudah dianut turun-temurun yakni agama budi atau Buddha.

“Namun Sabdopalon  mengerti bahwa itu merupakan takdir Tuhan, sehingga Prabu Brawijaya tidak kuasa melawan bantahan Sabdopalon yang menamakan dirinya sebagai semar,” kata Suhailik.

Pada saat itu,  Sunan Kalijaga menyaksikan perdebatan tersebut dan berusaha untuk membantu Prabu Brawijaya. Ia ingin membuktikan  tentang kebaikan  agama Islam dengan membuat tanda.

Meskipun Sunan Kalijaga telah meyakinkan  kebenaran  agama Islam, namun Prabu Brawijaya sangat menyesal masuk agama Islam. Sabdopalon pun  menyarankan  Prabu Brawijaya tetap memeluk agama islam karena hal itu sudah menjadi takdir hidupnya dan merelakan Sabdopalon pergi.