Liputan6.com, Jakarta Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Kediri tercatat mengkhawatirkan. Tercatat, 60 persen pasien DBD di Kota Kediri menyerang anak-anak.
Catatan Dinkes Kota Kediri menyebutkan, kasus DBD Kota Kediti sejak Januari hingga Februari 2022 terdapat 49 kasus. Berbagai upaya telah dilakukan Dinas Kesehatan guna mencegah lonjakan kasus DBD di Kota Kediri.
“Upayanya fogging dilaksanakan berdasarkan kasusnya, kalau ada kasus di suatu wilayah kita lakukan penyelidikan epidemiologi (PE) terlebih dahulu,” kata dr Fauzan dilansir dari berbagai sumber, Senin (28/2/2022).
Advertisement
Baca Juga
Ia menambahkan, kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) merupakan langkah vital dalam upaya pemberantasan DBD. Menurut dia, fungsi PE untuk memastikan apakah kasus ini digigit oleh nyamuk di lingkungan sekitar atau dari tempat lain.
Kendati demikian, dr Fauzan tidak menganjurkan kepada masyarakat untuk melakukan fogging secara mandiri.
“Fogging mandiri secara aturan tidak boleh, karena kasus DBD harus dilakukan PE oleh Puskesmas. Di samping itu apabila tidak memenuhi prosedur dapat membahayakan masyarakat,” jelas dr Fauzan.
Dia mengaku, Dinkes Kota Kediri juga sedang gencar kampanye Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak Nyamuk). Di samping itu, upaya memelihara ikan cupang juga merupakan langkah jitu dalam membasmi jentik.
Menurut dr Fauzan, DBD merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Meski demikian, dr Fauzan tetap menganjurkan pasien DBD untuk dirawat di Rumah Sakit (RS).“ini sama dengan penyakit virus lainnya. Kalau penyakit virus itu sifatnya bisa sembuh sendiri,” ujarnya.
Pasalnya, penyakit akibat virus dengue tersebut dapat menyebabkan pendarahan bahkan kematian.
“Kalau DBD bahayanya bisa terjadi pendarahan nanti kekurangan cairan, sehingga harus diinfus. Kalau sudah sakit perbanyak minum elektrolit untuk menghindari kekurangan cairan,” sambungnya.