Liputan6.com, Jakarta Setelah memantau sejumlah pasar tradisional di beberapa kabupaten dan kota, Gubernur Jawa Timur Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan stok bahan pokok relatif aman menjelang bulan Ramadan. Meski aman, sejumlah komoditas dilaporkan mengalami kenaikan harga.Â
"Alhamdulillah, stok relatif aman meski ada beberapa kebutuhan pokok yang naik seperti cabai merah, cabai rawit dan bawang merah. Kenaikan diduga akibat faktor cuaca," kata Khofifah usai memantau harga bahan pokok di Pasar Besar, Kota Pasuruan, Jumat (4/3/2022)
Advertisement
Baca Juga
Selain cabai, harga tahu dan tempe juga masih tinggi. Para pedagang lebih memilih menaikkan harga dengan ukuran sama, ketimbang harus memperkecil ukurannya untuk tetap menjualnya dengan harga murah.Â
"Berbeda saat di Madiun, pedagang lebih memilih harga sama , ukurannya dikurangi. Namun untuk di Kediri dan Nganjuk memilih opsi seperti Kota Pasuruan, yakni ukuran sama harga dinaikkan untuk tahu dan tempe," ucap Khofifah yang pada kesempatan itu didampingi Wakil Wali Kota Pasuruan Adi Wibowo.
Khofifah juga menyampaikan konsumsi kedelai di Jatim untuk para pengusaha tempe dan tahu, sebesar 85 persennya masih impor.
Ia pun mengusulkan solusi "Food Estate" yang ada di Kalimantan Tengah untuk bisa dimanfaatkan sepanjang tahun sebagai upaya berkelanjutan. Ini mengingat, di Jatim dan beberapa daerah lain tanaman kedelai biasanya ditanam sebagai penyela.Â
"Misalnya dalam setahun dua kali tanam padi dan sekali tanam kedelai. Sehingga total produksinya tidak bisa memenuhi total kebutuhan perajin tahu tempe dalam negeri," kata dia.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Kedelai
Selain itu, lanjut Khofifah, kedelai di Jatim sering ditanam selingan, seperti padi-padi-kedelai atau tidak seutuhnya sepanjang tahun menanam kedelai.
"Dengan memanfaatkan food estate diharapkan adanya substitusi impor dari proses penanaman selingan di Jatim agar tidak memilih langsung opsi dari luar negeri," tuturnya.
Sebagai informasi, Food Estate merupakan konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan, bahkan peternakan di suatu kawasan.
Food estate menjadi salah satu program strategis nasional tahun 2020 hingga 2024, yang luas lahannya meliputi intensifikasi lahan seluas 14.135 hektare dan ekstensifikasi lahan seluas 22.500 hektare.
"Kepada bupati/wali kota, diharapkan kenaikan beberapa bumbu dapur secara intensif memantau dan mengintervensi dengan kebijakan dan operasi pasar agar sesuai dengan daya beli masyarakat," katanya.
Advertisement