Liputan6.com, Blitar - Jaran kepang merupakan salah satu kesenian yang berkembang pesat di Jawa Timur, khususnya wilayah Blitar, Tulungagung, Nganjuk, Kediri, dan sekitarnya. Jaran kepang merupakan seni pertunjukan berupa tarian yang dibawakan dengan menggunakan kuda berasal dari anyaman bambu.
Kuda-kudaan tersebut dijepit diantara kedua kaki para penarinya dengan menunggangi kuda atau jaran kepang, Tarian ini dibawakan oleh laki-laki yang terdiri dari empat hingga delapan orang.
Advertisement
Baca Juga
Pemainnya mengalami kesurupan atau kerasukan yang memang menjadi daya tarik pertunjukan jaran kepang. Perubahan kesurupan yang awalnya lembut menjadi makin liar mengikuti ritme musik pengiring yang makin cepat.
Proses kerasukan para penari jaran kepang diawali dengan suara lecutan dari pecut atau cemeti. Dikutip dari berbagai sumber, kesenian ini lahir di daerah warga yang berkultur agraris.
Masyarakat yang mengutamakan hasil pertanian cenderung bergantung pada lingkungan dan kondisi alam, sehingga sebagai wujud syukur yang disampaikan dalam bentuk aneka kegiatan ritual.
Lama kelamaan kegiatan ritual ini berubah menjadi kesenian rakyat, seperti kesenian jaran kepang. Semula, jaran kepang bukanlah seni pertunjukan namun sebagai tahap ritual simbolis seperti penolak bala, pengharap keberhasilan panen, peminta kesuburan pertanian, dan lainnya.
Â
Nyaris Punah
Seiring perkembangan zaman kesenian jaran kepang tetap bertahan, meski banyak perubahan yang terjadi. Kini, jaran kepang dijadikan sebagai seni pertunjukan yang mengiringi acara tertentu, seperti pernikahan, sunatan, maupun tampil dalam acara pentas kesenian.
Meskipun sudah berubah sedemikian rupa , saat ini kesenian jaran kepang sudah mulai memudar. Banyak grup kesenian jaran kepang yang mulai bubar dan hanya beberapa yang bertahan.
Meskipun hampir punah, beberapa kelompok seni ini masih menjaga kemurnian kesenian jaran kepang meskipun perubahan zaman tidak dapat dihindari. Agar tetap bertahan, kesenian jaran kepang pun juga berkembang secara dinamis dengan mengikuti selera konsumen.
Permintaan tersebut menuntut kesenian jaran kepang mengalami pembaruan. Meski sisi yang paling menarik memiliki daya magis yang tak boleh dihilangkan.
(Tifani)
Â
Simak juga video pilihan berikut ini:
Advertisement