Sukses

Wejangan Menyentuh UAH Menyambut Bulan Suci Ramadan

Allah SWT memberikan pesan kepada hamba-Nya yang hendak menunaikan ibadah puasa Ramadan agar tidak main-main dan menganggap kesempatan ringan pada bulan Ramadan.

Liputan6.com, Surabaya - Allah SWT memberikan pesan kepada hamba-Nya yang hendak menunaikan ibadah puasa Ramadan agar tidak main-main dan menganggap kesempatan ringan pada bulan Ramadan. Setiap hamba-Nya belum tentu akan mendapatkan nikmat Ramadan lagi, bisa jadi sudah berpulang di kesempatan berikutnya.

“Jadi, tidak setiap orang bisa mendapatkan nikmat Ramadan dan tidak setiap (orang) yang telah mendapatkannya akan mengulangi di masa yang akan datang,” kata Ustadz Adi Hidayat atau akrab disapa UAH dikutip dari YouTube Adi Hidayat Official, Jumat 18 Maret 2022. 

Karena itu, para sahabat Nabi Muhammad SAW begitu selesai Ramadan kemudian mendapatkannya lagi banyak di antara mereka mengalirkan air matanya. Mereka menangis berharap kepada Allah agar Ramadan jangan berhenti. Mereka berharap semua waktu itu Ramadan.

“Dan kita diberikan kesempatannya. Dan mereka tahu belum tentu tahun depan bisa berjumpa, karena itu semua bermujahadah ketika akan tiba Ramadan,” jelas UAH.

Ketika tiba Ramadan, maka kalimat la'allakum digunakan dengan sepenuh jiwa dan maksimal dalam ibadahnya. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ketika Nabi di Bulan Ramadan

UAH mengatakan, Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu belum pernah melihat Nabi Muhammad semulia dan selembut ibadah dan sedekahnya kecuali saat Ramadan. Sampai-sampai angin yang berhembus sepoi-sepoi itu kalah dengan amalannya nabi.

“Nah, itu lembutnya angin itu kalah oleh lembutnya nabi saat beraktivitas di bulan Ramadan. Lembut menghadapi orang-orang. Sedekahnya bertambah. Ibadahnya bertambah. Interaksi dengan Qur’an-nya (bertambah) dan sebagainya,” sebut UAH.

Orang-orang yang bukan nabi  ketika melihat nabinya serius, mereka harus lebih serius lagi.

“Jadi gambarannya, nabi saja yang dijamin surga begitu serius. Apalagi saya yang bukan nabi, yang belum jelas surganya,” katanya.

“Kata Allah, kamu bukan orang yang di zaman nabi. Bukan orang di masa sahabat. Bukan orang di masa tabi'in. Tapi kata Allah la'allakum. Kum masih ada di depan kita. Tattaqun, kamu tanpa batas,” bebernya lagi.

3 dari 3 halaman

Allah Ingin Hamba-Nya Serius Menjalani Ramadan

Allah ingin seorang hamba-Nya serius dalam menjalani ibadah Ramadan. Dia ingin melihat hamba-Nya bertakwa pada-Nya.

“Kamu mesti berubah. Kamu mesti jadi hamba yang taat. Mesti ada perbedaan ketika kamu lahir dengan kamu pulang,” ujar UAH.

“Kalau Anda hafal Qur’an, demi Allah begitu disebut takwa itu bisa berlinang air mata Anda. Karena ayat takwa selalu terkait dengan nilai kebaikan. Ketika Allah sebutkan takwa, maka Allah ingin tanamkan kebahagiaan,” tambahnya.

Kata Allah, lanjut UAH, orang yang takwa itu adalah mereka yang berhasil menunaikan ibadah puasanya. Orang takwa sudah siap dan bukan hanya present, tapi continuous. 

“Hari pertama (Ramadan) shaf pertama. Hari kedua shaf pertama juga. Jadi meningkat terus, konsisten di situ. (Kalau) hari pertama datang sebelum Maghrib. Hari kedua habis Isya baru datang. Nah ini belum konsisten,” papar UAH.

Menurut UAH, jika ingin disebut golongan yang takwa continuous, maka harus dipertahankan. Misalnya, hari pertama hingga hari terakhir Ramadan berada di shaf depan. Itu adalah yang terbaik.

Kemudian yang lebih baiknya lagi, kata UAH, takwanya tidak hanya sampai Ramadan. Tapi terus berlanjut di bulan-bulan lainnya hingga bertemu lagi dengan Ramadan.