Liputan6.com, Surabaya - Bulan Ramadan di tahun 2022 ini, akan dimulai tanggal 2 April 2022 mendatang, tepatnya di hari Sabtu. Berbagai persiapan sudah dilakukan umat muslim di Indonesia, salah satunya menggelar tradisi menyambut bulan suci tersebut.
Di Kota Surabaya Jawa Timur (Jatim) sendiri, ada salah satu tradisi menyambut Ramadan yang digelar hingga saat ini, yakni tradisi Megengan.
Dilansir dari website nursyam.uinsby.ac.id, tradisi khas Jawa tersebut ditandai dengan upacara selamatan ala kadarnya, untuk menandai masuknya bulan puasa.
Advertisement
Baca Juga
Kendati hingga kini belum diketahui secara pasti, asal muasal tradisi Megengan dimulai. Namun dugaan kuat, jika tradisi tersebut diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang menyebarkan syiar di Jatim.
Megengan secara lughawi berarti menahan. Seperti dalam ungkapan megeng nafas, artinya menahan nafas, megeng hawa nafsu artinya menahan hawa nafsu dan lainnya.
Secara simbolik, bahwa upacara megengan berarti menjadi penanda bahwa manusia saat memasuki bulan puasa. Sehingga harus menahan hawa nafsu, baik yang terkait dengan makan, minum, hubungan seksual dan nafsu lainnya.
Dengan demikian, megeng berarti suatu penanda bagi orang Islam untuk melakukan persiapan secara khusus, dalam menghadapi bulan yang sangat disucikan di dalam Islam
Dian, salah satu warga Surabaya Jatim turut menggelar tradisi Megengan secara sederhana. Pada hari Senin (28/3/2022) lalu, dia bersama anggota keluarganya mengadakan tradisi tersebut di rumahnya.
Tradisi tersebut dijalankan dengan menyediakan nasi kotak, yang berisi kue apem, pisang hijau dan seduhan kopi. Namun Dian menyediakan 10 buah nasi kotak, yang berisi nasi putih dan lauk pauk.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Doa untuk Leluhur
“Saya bagikan nasi itu ke anggota keluarga dan tetangga kiri kanan. Saya juga dapat dua nasi kotak dari tetangga, yang juga menggelar tradisi Megengan,” ucapnya kepada Liputan6.com, Rabu (30/3/2022).
Dalam pelaksanaan tradisi tersebut, diiringi dengan membacakan Surat Yaasin, surat-surat pendek dan tahlilan, yang digelar dari siang hari hingga jelang Ba’da Magrib.
Dian dan keluarga juga memanjatkan doa bersaama, yang ditujukan untuk para leluhur dan anggota keluarga yang sudah meninggal dunia.
“Biasanya periode Megengan digelar satu minggu menjelang puasa. Ini memang tradisi yang kami gelar secara turun temurun, setiap tahunnya untuk menyambut bulan Ramadan,” katanya.
Advertisement