Liputan6.com, Jakarta Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur mengungkapkan kasus gizi buruk itu terjadi akibat kurangnya pemahaman orang tua dalam memberikan asupan gizi yang cukup pada balita.
Kepala Bidang Kemasyarakatan Dinkes Bangkalan Ariz Budiarto mengatakan, temuan tersebut berdasarkan hasil survei dinkes kepada masyarakat.Â
"Hasil survei petugas kami di lapangan menyebutkan bahwa balita yang mengalami gizi buruk di Bangkalan ini, umumnya bukan karena faktor kemiskinan, akan tetapi kurangnya pemahaman orang tua tentang makanan yang penting dan bergizi yang dibutuhkan oleh bayi," katanya dilansir Antara, Minggu (10/4/2022).
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan data Dinkes Bangkalan, jumlah kasus gizi buruk di daerah itu hingga awal 2022 ditemukan 729 balita. Data tersebut, katanya, berdasarkan laporan dari masing-masing puskesmas yang tersebar di 18 kecamatan di Kabupaten Bangkalan.
Jumlah kasus gizi buruk paling banyak di Kecamatan Kokop, yakni 171, lalu di Kecamatan Blega 86 kasus dan terbanyak ketiga di Kecamatan Kwanyar 49 kasus.
"Yang paling sedikit di Kecamatan Bangkalan, yakni hanya satu kasus," katanya.
Khusus di tiga kecamatan yang terdata paling banyak kasus gizi buruk tersebut, Dinkes Bangkalan telah memberikan perhatian khusus.Â
Penyuluhan
Pihaknya menggerakkan para tenaga medis di puskesmas setempat agar gencar sosialisasi pola hidup sehat dan memberikan penyuluhan tentang gizi yang dibutuhkan oleh ibu hamil dan balita.
Dalam upaya menekan kasus gizi buruk, Dinkes Bangkalan akan melakukan upaya jemput bola. Dinkes Bangkalan memandang penting untuk memberikan penyuluhan dan pembinaan pada orang tua dan ibu hamil, tentang makanan yang bergizi yang dibutuhkan oleh balita.
"Terkadang para orang tua hanya memperhatikan makanan berupa jajanan pasar karena disukai oleh balita. Padahal jenis makanan itu kurung cukup gizi," katanya.
Â
Â
Advertisement