Liputan6.com, Mojokerto - Perubahan zaman dari masa ke masa membuat aksara Jawa yang dahulu dipakai sebagai bahasa sehari-hari oleh nenek moyang semakin hilang dimakan waktu.
Oleh sebab itu, pada tahun ini Pemerintah Kota Mojokerto, Jawa Timur berupaya mengenalkan dan melestarikan aksara Jawa kuno kembali dengan penulisan nama jalan dengan aksara Jawa, sekaligus sebagai bentuk penguatan daerah setempat sebagai kota pariwisata berbasis sejarah dan budaya.
Advertisement
Baca Juga
"Sekarang kita pilih jalan protokol dulu karena di situ ada bangunan yang memang layak untuk dikunjungi sebagai salah satu bangunan dengan arsitektur Majapahit, seperti di Jalan Hayam Wuruk ada rumah rakyat yang sekarang tampilan yang sudah tampilan desain Majapahit, kemudian Jalan Gajah Mada di sana sudah ada kantor wali kota dengan pendopo," kata Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari, beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Ia mengatakan sebagai pewaris Kerajaan Majapahit, warga Kota Mojokerto harus mampu menggali seluruh potensi untuk kembali menggaungkan kebesaran Majapahit.
"Dan menjadikan Kota Mojokerto memiliki keunggulan dan daya saing," kata perempuan yang akrab disapa Ning Ita tersebut.
Warisan budaya dari leluhur-leluhur Majapahit, lanjutnya harus terus dilestarikan, maka pengajaran di generasi muda anak-anak didik yang ada di sekolah terkait bahasa daerah, terkait warisan budaya dan terkait menghargai sejarah leluhur.
Kenalkan ke Generasi Muda
Lebih lanjut Ning Ita mengatakan, dengan mengenalkan warisan sejarah dan budaya kepada generasi muda, warisan sejarah dan budaya tidak akan menjadi punah karena hanya dilakukan dan dilestarikan oleh generasi yang sebelumnya saja.
"Implementasi pengajaran warisan sejarah dan budaya salah satunya adalah dengan kegiatan pembelajaran kepada para guru dan komunitas tentang bahasa Jawa kuno ini," ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mojokerto, Amin Wachid, menyampaikan bahwa kegiatan ini diikuti 40 orang yang terdiri atas para guru serta anggota komunitas pegiat aksara jawa di Kota Mojokerto.
Narasumber kegiatan itu, Rendra Agusta yang merupakan peneliti naskah kuno permuseuman dan kepurbakalaan Yogyakarta.
Advertisement