Sukses

Novel 'Anak Penangkap Hantu' Asma Nadia Bakal Difilmkan, Lokasi Syuting di Banyuwangi

Banyuwangi menjadi lokasi full yang menjadi latarbelakang film ini.

Liputan6.com, Banyuwangi - Novel dari penulis kenamaan Asma Nadia yang berjudul 'Anak Penangkap Hantu' akan difilmkan. Saat ini proses syutingnya sedang berlangsung.

Film ini mengambil Banyuwangi sebagai lokasi syuting. Asma NAdia juga ikut dalam proses syuting tersebut, ia sudah berada di Banyuwangi sekitar sepekan ini.

"Pedestrian di Banyuwangi ini nyaman. Bersih. Tidak ada kaki lima dan kendaraan parkir sembarangan," ungkap Asma, Selasa (15/6/2022).

Ia mengaku sedang merampungkan syuting film yang diadaptasi dari novelnya. Film anak ini mengajarkan tentang keberanian kepada anak-anak belia Indonesia.

Jose Poernomo menjadi penulis skenario dan sutradara film tersebut. Jajaran pemerannya antara lain Adhiyat, Muzakki Ramadhan dan Giselle Tambunan serta Adinda Thomas, Andi Boim, Sujiwo Tejo, dan Verdi Solaiman.

"Kami ingin mengeksplorasi keindahan Banyuwangi. Syutingnya full di sini," terang penulis novel 'Emak Ingin Naik Haji' yang juga difilmkan tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, Asma Nadia yang didampingi produser MNC Pictures, Emilka, banyak mendiskusikan tentang perkembangan film tanah air.

"Kita bertekad untuk membuat film berkualitas bagus, namun sarat dengan nilai-nilai edukasi. Menurut kami, ini bagian dari menjaga anak-anak bangsa ini," ungkapnya.

 

 

2 dari 2 halaman

Promosi Daerah

Sementara itu, Bupati Ipuk Fiestiandani mengapresiasi langkah Asma Nadia dalam membuat film di Banyuwangi. Hal ini menurutnya bagian dari upaya promosi daerah.

Ia mengatakan film menjadi salah satu instrumen yang efektif untuk promosi daerah. Angkor Wat di Kamboja melejit setelah menjadi lokasi syuting ‘Tomb Raider’. Ubud pun langsung nge-tren karena jadi latar film ‘Eat Pray Love’.

"Kepada teman-teman pelaku film, Banyuwangi sangat terbuka sebagai destinasi syuting," ujar Ipuk.

Bupati Ipuk berterima kasih kepada Asma Nadia dan tim yang berkenan syuting di Banyuwangi. "Semoga nanti bisa syuting lagi di sini atau bahkan menuliskan karya khusus tentang kekayaan budaya kami di Banyuwangi," ungkap Ipuk.

Lebih jauh Ipuk juga menyampaikan bahwa ada banyak hal yang didiskusikan dengan penulis prolifik tersebut. Khususnya, tentang dunia perfilman yang mulai semarak di Banyuwangi.

Mulai mengangkat nilai dan kultur lokal dalam sebuah festival film, hingga bagaimana melibatkan sineas lokal hingga talent-talent lokal saat suting di Banyuwangi.

"Karena Banyuwangi ini sudah mulai jadi alternatif para film maker sebagai lokasi suting. Imejnya, kalau mau suting tentang hutan di Jawa, yang ada di pikiran kita adalah Banyuwangi dengan segala lansekap yang ada. Ada pantai, sawah terasiring, juga warga lokalnya," terang Emilka.