Sukses

Saat Kaum Marit Berebut Sesaji di Kawah Gunung Bromo Pada Puncak Yadnya Kasada

Seluruh masyarakat Tengger dari berbagai penjuru saling berdatangan untuk mengorbankan ongkek-ongkek

Liputan6.com, Jakarta Rangkaian upacara adat Yadnya Kasada di Gunung Bromo Jawa Timur berlangsung lancar dan khidmat. Sejumlah ritual adat pun dilakukan saat memasuki puncak perayaan Yadnya Kasada.

Salah satu yang paling umum ialah ritual adat labuh sesaji di kawah Gunung Bromo pada momentum puncak perayaan Yadnya Kasada. 

Pada momentum Yadnya Kasada ini seluruh masyarakat Tengger dari berbagai penjuru saling berdatangan untuk mengorbankan ongkek-ongkek berisi sesajen berupa buah-buahan, hewan ternak dan uang.

Namun, ada yang menarik dan menjadi perhatian saat labuh saji dibuang ke kawah Gunung Bromo. Puluhan orang nampak sibuk, bahkan saling berebut untuk menangkap dan mengumpulkan sesaji yang dilemparkan para warga Tengger ke arah dapur kawah Gunung Bromo.

Mereka adalah Kaum Marit. Aktivitas mereka ini dapat dilihat sejak malam hingga siang hari, sehari pasca upacara Yadnya Kasada. 

Dikerahui, para marit jauh-jauh hari sudah tiba di kawasan Gunung Bromo. Bahkan, mereka sengaja membuat tenda darurat di bibir terluar kawah, samping beton pembatas atau keamanan.

Melihat para Marit berjibaku saat menangkap sesaji membuat siapa pun akan bergidik ngeri. Meski tempat berpijak mereka memiliki kemiringan yang sangat ekstrim, tidak ada rasa takut sedikitpun.

Saksikan video pilihan berikut ini

 

2 dari 2 halaman

Tidak Takut

Kaki-kaki para Marit ini seakan lekat dengan dinding kawah saat berlarian mengejar arah jatuhnya sesaji.

Sebagian besar dari Marit percaya dan yakin bahwa mereka mendapatkan perlindungan dari Sang Hyang Widhi dan para leluhurnya saat menjalani profesi Marit. 

Karena itu tak heran walaupun dalam kondisi hujan bahkan erupsi sekalipun para pemberani ini tetap tegar dan tak bergeming.

“Ndak pernah takut jatuh atau celaka, karena kami yakin dijaga oleh Mbah Bromo. Karena sebelumnya kami juga selalu meminta izin terlebih dahulu untuk mencari rejeki yang halal dan barokah di sekitar kawah Bromo,” ungkap salah seorang Marit bernama Agus Sugianto, Jumat (17/6/2022).

Pria asal Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan itu mengaku sudah 7 tahun menjalani profesi sebagai Marit pada setiap Yadnya Kasada. 

Hingga saat ini, Agus tak pernah tergelincir atau terjatuh yang kemudian dapat mencelakainya. Agus mengungkapkan, setiap mengais rejeki dari profesi Marit itu sedikitnya Rp 1 juta rupiah berhasil dia kumpulkan selama dua hari. 

Belum lagi hasil dari sesaji lainnya yang berupa hasil ternak seperti ayam, kambing serta hasil bumi, jika itu ditotal tak kurang dari dua juta rupiah bisa dia dapatkan.

“Alhamdulillah sebagian hasilnya bisa untuk menambah penghasilan keluarga dan sebagian lagi bisa untuk tambahan modal kami untuk menanami ladang,” jelas Agus.

Jika diperhatikan lebih teliti keberadaan kaum Marit ini, ternyata tidak hanya ada di sekitar kawah Gunung Bromo saja. Tetapi mereka juga tampak mengais rezeki Yadnya Kasada pada pelataran Astana yang lokasinya berada tepat sebelum anak tangga menuju kawah Bromo.

“Selain labuh saji di kawah Bromo, orang Tengger juga menyuguhkan sesaji di Astana sakral ini. Dan banyak di antara mereka yang juga menyedekahkan uang di sini, karena itu kami juga Marit di tempat ini,” ungkap Satuli (42) warga Desa Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.

Seperti pada umumnya para kaum Marit, Satuli dan keponakannya Tuwi (20) juga telah berada di Astana tersebut sejak Hari Rabu (15/6/2022), tepatnya sehari sebelum pelaksanaan puncak perayaan Yadnya Kasada tahun 2022 kali ini.