Liputan6.com, Lumajang - Fenomena koyo atau juga disebut pembalikkan masa air yang terjadi setiap tahun di Ranu Klakah, Lumajang, Jawa Timur menyebabkan kerugian para pemilik keramba.
Air Ranu Klakah yang terkontaminasi belerang, sehingga menyebabkan ikan mabuk dan mengambang di permukaan air danau.
Para pemilik keramba yang berada di Ranu Klakah terpaksa harus memanen hasil keramba secara dini. Mereka pun harus menelan kerugian dari fenomena koyo tersebut.
Advertisement
Baca Juga
"Ya hitungannya rugi, soalnya kalau harga normal kita jualnya Rp35.000 per kilogram, sekarang ikan dijual Rp15 ribu hingga Rp25 ribu tergantung ukurannya," kata salah satu pemilik keramba Yudi, Selasa (26/7/2022).
Yudi mengatakan, bahwa fenomena koyo mulai terjadi sejak kemarin, biasanya berlangsung selama sepekan. "Biasanya seminggu ini, kalau mulainya kemarin pagi," ujar dia.
Â
Harga Turun
Yudi pun terpaksa memanen hasil kerambanya dan dijual di pinggir jalan masuk menuju Ranu Klakah dengan harga separuh lebih murah dari biasanya.
Berbeda dengan Yudi, Muhammad Yunus salah satu pembeli yang berasal dari Desa Karanganom, Kecamatan Pasrujambe mengaku mendapatkan banyak titipan dari banyak saudaranya.
Meskipun jarak tempuh dari rumahnya ke Ranu Klakah cukup jauh, hal tersebut bukan masalah karena harga ikan Koyo relatif murah.
"Iya ini mborong, banyak titipan saudara soalnya," terangnya.
Diketahui, Koyo adalah kondisi perbedaan suhu yang mengakibatkan massa air lapisan bawah naik ke atas, sehingga pergerakan air secara vertikal dari bawah membawa material seperti belerang.
Advertisement