Sukses

Cerita Perkelahian Hiu dan Buaya Hingga Penamaan Kota Surabaya

Ada dongen unik yang terkenal oleh kalangan masyarakat Surabaya Jawa Timur, yaitu perkelahian antara Hiu Sura dan Buaya Baya

Liputan6.com, Jakarta Kota Surabaya Jawa Timur tak hanya dikenal dengan julukan kota pahlawan. Patung ikan hiu dan buaya menjadi ikon penting perjalanan perkembangan Surabaya.

Bahkan, patung hiu dan buaya tersebut menjadikan Surabaya sebagai ibu kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Monumen hiu dan buaya tersebut diketahui bukan sekedar monumen yang menjadi ikon.

Usut punya usut, berdirinya patung yang berlokasi di jalan raya Diponegoro No. 1-B tersebut memiliki cerita yang melegenda hingga menjadi asal usul kata Surabaya. Dalam pemaknaannya, Sura berarti Hiu, dan Baya berarti Buaya.

Informasi yang dirangkum dari berbagai sumber, kala itu antara ikan hiu dan buaya sering berkelahi, beradu sengit, namun tak ada pemenangnya. Keduanya sama-sama kuat.

Namun ada dongen unik yang terkenal oleh kalangan masyarakat Surabaya, yaitu perkelahian antara Hiu Sura dan Buaya Baya. Konon dikisahkan kedua hewan tersebut berkelahi untuk menguasai tempat yang ada disitu.

Dua hewan tersebut sangat mirip, sama kuat dan cerdik. Hingga suatu Ketika Sura merasa lelah berkelahi dan ingin memilih jalan damai bersama Baya.

Sura menawarkan kesepakatan pembagian daerah kekuasaan, Sura berkuasa di laut dan Baya berkuasa di daratan, dengan alasan bahwa laut dan daratan akan bertemu disungai.

Baya yang juga Lelah berkelahi kemudian menyetujui syarat tersebut dan mereka hidup damai di masing masing wilayah kekuasaannya. Sura yang selalu mencari mangsa di Lautan diam diam ingin mencari mangsa di sungai.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Pertarungan Sengit

Semula, kegiatan Sura tidak diketahui oleh Baya, tapi tak lama Baya mengetahui hal tersebut sehingga Baya mengamuk. Baya mendatangi Sura dan memperingatkannya bahwa sungai berada di wilayah kekuasaannya, namun Sura tetap tenang dengan beralasan bahwa sungai juga disebut perairan.

Baya yang tidak terima menyanggah bahwa sungai tetap saja air yang berada di daratan sehingga tetap menjadi wilayah kekuasaan Baya. Sura dan Baya yang sama sama tidak mau mengalah akhirnya kembali bertengkar semakin sengit.

Perkelahian tersebut menyebabkan ekor Baya bengkok ke kanan dan ekor Sura yang hampir putus, lama berkelahi hingga akhirnya air yang ada di sungai tersebut berubah warna menjadi warna merah.

Hal ini terjadi karena luka dari kedua hewan yang saling memperebutkan wilayah kekuasaan. Kisah ini sungguh melekat di benak masyarakat Jawa Timur khususnya Kota Surabaya.

Hingga kini Kota Surabaya terkenal dengan monumen Hiu Sura dan Buaya Baya yang salah satunya terdapat di depan Kebun Binatang Surabaya.

Penulis: Aisyah Salma Izzatunnisa