Sukses

Ini Cara Teknologi Informasi Mendukung Sustainable Sector

Teknologi informasi dapat mendukung sektor berkelanjutan melalui keikutsertaan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam mengambil peran.

Liputan6.com, Jakarta - Berbicara mengenai tentang kesetaraan gender merupakan isu global yang terus menjadi perhatian utama di dunia saat ini. Kesetaraan gender menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait yang membuatnya sulit untuk dicapai.

Banyak masyarakat memiliki keyakinan yang tertanam kuat tentang peran dan harapan gender, yang dapat menyebabkan diskriminasi dan bias terhadap perempuan dan anak perempuan. Di sisi lain, perempuan seringkali menghadapi hambatan yang signifikan terhadap peluang ekonomi dan juga sering mengalami kekerasan dan pelecehan yang mencakup kekerasan fisik, seksual, dan emosional, serta pelecehan dan intimidasi. Ini sudah menjadi masalah luas yang mempengaruhi wanita dan anak perempuan dari segala usia dan latar belakang.

Globalisasi memperlihatkan dua dimensi, yakni economic-corporation globalization dan political-state globalization. Implikasi tersebut membawa keterbukaan pasar, termasuk di dalamnya keikutsertaan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam mengambil peran.

Teknologi sebagai produk sosial, termasuk internet tidak bebas nilai atau budaya. Tingkat kompatibilitas antara nilai dan norma teknologi dengan nilai atau norma (yang dianut) penggunanya sangat menentukan pola penggunaan teknologi tersebut. Nilai dari sebagian besar barang dan jasa teknologi informasi dan komunikasi (TIK) cenderung yang lebih maskulin merupakan salah satu penyebab kesenjangan peluang bagi wanita yang berkecimpung pada bidang teknologi.

 

2 dari 2 halaman

Kesamaan Gender

Menurut Dini Fronitasari, seorang peneliti Artificial Intelligence sekaligus Technopreneur yang menjadi pembicara di acara Women International Days yang bertajuk “DigiAll: Innovation and Technology for Gender Equality" membawakan materi terkait “How IT for woman and girl can Support Sustainable Sector” yang diselenggarakan Kedutaan Besar Afrika Selatan di Indonesia.

Dini menyampaikan bahwa perempuan bisa berperan aktif dalam inovasi dan teknologi digital. Dia telah membuktikan sendiri selalu kurang lebih 12 tahun telah bekerja sebagai periset sekaligus technopreneur. Apalagi era pandemi Covid-19 sebagai ahli pada bidang IT membuatnya berinisiatif menciptakan Aplikasi CallMe.

Aplikasi CallMe ini dibuat karena banyaknya pabrik tekstil yang terkena dampak, sehingga banyaknya pula penggangguran perempuan. Aplikasi ini diharapkan bisa membantu perempuan-perempuan yang punya keahlian menjahit bisa bisa mendapatkan pelanggan melalui aplikasi tidak hanya melalui jasa menjahit tetapi juga permak pakaian.

Sejalan dengan SDGs pada bidang sosial, Dini juga menginisisiasi UMKM untuk mengelola bisnisnya melalu fitur yang bisa dipilih yaitu LolaPos. Aplikasi ini memiliki berbagai fitur yang memudahkan pelaku UMKM sehingga diharapkan dapat membawa UMKM naik kelas. Aplikasi ini juga sejalan dengan program SDGs di bidang ekonomi yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Selain itu Dini bersama beberapa partner yang juga perempuan menginisiasi CarbonShare sejalan dengan program Program SDGs di bidang lingkungan dan program pemerintah untuk zero emision di tahun 2060 mendatang. Serta program Trade for Hope, di mana program ini mengusung campaign fashion sustainability.

Dalam rangka merayakan Internasional Women’s Day 2023, perempuan diharapkan bisa menjadi pendukung dalam Sustainable Development program.

"Nantinya ke depan, bukan hanya revolusi industri digital yang akan dihadapi, tetapi juga revolusi energi dan revolusi life science, perempuan jangan pernah takut berkarya pada bidang yang dilakukan laki-laki," tegas Dini.