Sukses

Anak Muda Harus Punya Guru Agama yang Tepat

Di tengah keraguan dan kebingungan dalam memahami agama yang dianutnya, anak muda perlu memiliki guru yang tepat dalam beragama.

Liputan6.com, Jakarta - Menghadapi era digitalisasi yang semakin berkembang, anak muda saat ini memiliki akses informasi yang sangat luas. Namun, di tengah keraguan dan kebingungan dalam memahami agama yang dianutnya, anak muda perlu memiliki guru yang tepat dalam beragama.

Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Muhammad Najih Arromadloni, MA dalam program Lenong Menunggu Berbuka Puasa, Inspirasi Ramadan 2023 BKN PDI Perjuangan di akun Youtube BKN PDI Perjuangan Kamis menjelang berbuka (13/04/2023).

"Jika tidak punya guru agama yang tepat, maka beresiko tersesat dan terjerumus ke dalam hal-hal yang sala

Najih juga menekankan bahwa seseorang yang tidak memiliki guru dalam beragama dapat dengan mudah dipengaruhi oleh ajaran ekstrem dan radikal.

Padahal, dua hal tersebut tidak sesuai dengan prinsip dasar agama yang mengajarkan kemudahan dan saling menghormati dalam keberagaman.

"Agama itu kan diturunkan oleh Tuhan sebagai rahmat untuk alam semesta, berbeda dengan sikap radikal yang mungkin menyakiti orang, sampai menghina orang, bahkan bisa berujung menghilangkan nyawa orang," terang Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme MUI Pusat ini

Meskipun perbedaan seringkali menimbulkan konflik dan kesulitan di antara manusia, nyatanya ia juga menjadi sumber keindahan dan kekayaan yang tidak ternilai. Hal tersebut, kata Najih, terjadi karena sunnatullah atau hukum alam yang berlaku di dalam kehidupan manusia.

"Keragaman ini betul-betul indah, seperti taman yang isinya ada bunga anggrek, ada bunga mawar, ada bunga melati, betapa indah ketika dilihat. Keragaman ini adalah kekayaan budaya kita sebagai bangsa Indonesia," jelas Pendiri Center for Research and Islamic Studies (CRIS) ini.

Ia lantas menyitir sebuah ayat Al-Qur'an surat Al-Hujurat ayat 13 dimana Allah menyampaikan bahwa manusia diciptakan dari laki-laki dan perempuan yang berbeda-beda, termasuk suku, kabilah, dan bangsa yang berbeda-beda yang bertujuan untuk saling mengenal satu sama lain.

"Tentu bukan hanya saling mengenal, tapi juga saling memahami, saling menghormati, dan juga saling bekerja sama," tandas Doktor Hadist UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Video Terkini