Sukses

Memutus Silaturahim Bisa Gagalkan Kesempatan Masuk Surga

Umat muslim diwajibkan untuk menyambug silaturahim (hubungan kekerabatan) antar sesama manusia.

Liputan6.com, Jakarta - Umat muslim diwajibkan untuk menyambug silaturahim (hubungan kekerabatan) antar sesama manusia. Hal itu karena menjadi salah satu syarat agar manusia bisa menyambung silaturahim dengan sang pencipta Allah SWT.

Bahkan, Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan, seorang muslim tidak akan masuk surga jika memutuskan tali silaturahim.

Hal itu disampaikan oleh Muhammad Yusron Shidqi, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok dalam acara "Lenong Menjelang Buka Puasa", rangkaian acara Inspirasi Ramadan 2023 yang ditayangkan langsung oleh akun Youtube BKN PDI Perjuangan pada Kamis (20/4/2023).

"Jelas itu kan kata Nabi (Muhammad), bahwa tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahim. Itu karena kita hidup di dunia untuk saling melengkapi, saling membantu. Manusia tidak bisa hidup sendirian," ujar Yusron.

Yusron menjelaskan, merawat dan memelihara silaturahim sesama umat manusia adalah suatu kewajiban, karena sebenarnya, umat manusia di bumi berasal dari rahim Hawa. Sejatinya, semua umat manusia di bumi adalah anak Nabi Adam. Maka, sesama anak dan cucu Adam-Hawa menjadi suatu keharusan manusia bisa hidup rukun.

Jadi dahulu ada cerita, rohim itu hubungan kekerabatan, saat diciptakan oleh Allah SWT, si rohim ini merasa bahwa sepertinya di dunia nanti ia rawan diputus. Oleh karena itu, ia mengadu ke Allah dan mengajukan proposal, bahwa rohim mau turun ke bumi jika dikabulkan permintaannya oleh Allah.

Ia meminta, jika ia disambung oleh manusia, maka ia akan disambungkan oleh Allah, sementara yang memutus rohim juga akan diputus sambungannya oleh Allah.

"Jadi, kita ini kalau mau sambung Allah itu harus sambung sama manusia dulu. Karena kalau sambung sama yang kelihatan saja tidak bisa, apa lagi mau sambung sama yang tidak kelihatan," lanjut Yusron.

Yusron menyampaikan, sejatinya manusia diminta untuk saling bersilaturahim karena manusia tidak bisa hidup sendirian. Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Ia mencontohkan, seorang guru tidak bisa membangun rumah, maka dari itu meminta bantuan arsitek.

Sementara itu, seorang arsitek tidak bisa mengajari anaknya mengaji, maka ia meminta bantuan seorang guru atau uztaz untuk mengajari anaknya. Itulah inti dari saling menjaga silaturahim di dunia.

Ia menjelaskan menjelaskan ihwal silaturahim online yang saat ini akrab terjadi di masyarakat. Menurutnya, jika bisa bertemu langsung, lebih baik diutamakan bertemu langsung.

Yusron menceritakan suatu studi di AS, bahwa pada akhir tahun 1800-an di AS rumah dibangun tanpa pagar, di mana antara satu dengan yang lainnya masyarakat bisa berinteraksi tanpa sekat. Rata-rata, masyarakat saat itu di dalam satu rumah bisa hidup sampai 4 generasi (kakek-nenek, ibu-bapa, anak, hingga cucu).

Salah satu faktor utamanya adalah mereka gemar berkumpul, berinteraksi. Berkumpul, berinteraksi satu sama lain cenderung membuat senang, dan jika senang kecenderungan manusia hidup dapat lebih panjang umurnya.

"Jadi benar itu, silaturahim memperpanjang umur dan memperlancar rezeki, itu kata nabi. Namun ada catatannya, silaturahim yang menyambung rezeki tergantung komunitas yang kita ikuti," ia menambahkan.