Liputan6.com, Jakarta - Neraca pangan nasional tahun 2024 mencatat kebutuhan konsumsi daging sapi di Indonesia mencapai 724,2 ribu ton. Namun, total produksi daging sapi dalam negeri hanya sebesar 432,9 ribu ton, sehingga terjadi defisit sebesar 291,3 ribu ton.
Pasalnya pemasok utama daging sapi dalam negeri didominasi peternakan berskala kecil (BPS, 2024). Padahal swasembada pangan menjadi salah satu misi Asta Cita pemerintahan Presiden Prabowo.
Baca Juga
Merespon tantangan itu, Sandi Pamungkas, mahasiswa Program Studi Ekonomi Universitas Pertamina (UPER), menginisiasi Moo Apps, sebuah inovasi teknologi yang dirancang sebagai alat pemantau kesehatan hewan ternak terintegrasi dengan aplikasi ponsel.
Advertisement
"Moo Apps dirancang untuk memungkinkan peternak memantau kesehatan sapi secara real-time. Dengan fitur seperti deteksi suhu tubuh, detak jantung, peredaran darah, dan aktivitas gerak hewan. Teknologi ini tidak hanya membantu mengurangi risiko penyebaran penyakit, tetapi juga mendukung praktik peternakan yang lebih sehat dan berkelanjutan," ujar Sandi.
Keterbatasan produksi daging sapi juga disebabkan rendahnya kualitas ternak dan manajemen pemeliharaan yang kurang optimal. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2024), hal ini tercermin dari lonjakan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Salah satunya di Jawa Tengah, yang merupakan wilayah dengan produksi sapi potong terbanyak, mencapai 1,26 juta ekor. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.026 ekor sapi terinfeksi PMK. Situasi ini merugikan peternak dan berdampak negatif terhadap jumlah produksi daging sapi dalam negeri.
Memaksimalkan manfaat bagi peternak, Moo Apps juga dilengkapi dengan fitur konsultasi langsung dengan dokter hewan dan marketplace yang menghubungkan rumah potong hewan dengan pemasok daging, membantu peternak memasarkan hasil ternaknya lebih luas.
Saat ini, aplikasi tersebut telah bermitra dengan 80 pedagang dan diharapkan mampu meningkatkan kualitas serta produksi daging sapi dalam negeri.
Berkat inovasinya, Sandi meraih juara pertama dalam Presidential Hackathon International Track 2024 di Taiwan. Sebuah kompetisi yang mendukung inovasi teknologi untuk kesejahteraan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan.
Pada ajang tersebut, Sandi berhasil mengalahkan 77 peserta dari berbagai negara dengan mengangkat tema Digital dan Ramah Lingkungan: Infrastruktur Publik Generasi Berikutnya. Atas pencapaian tersebut, Sandi menerima hadiah uang tunai sebesar 5.000 USD.
Sandi merupakan mahasiswa berprestasi dengan ketertarikan pada inovasi teknologi dan pengembangan solusi berbasis keberlanjutan.
Ia telah meraih berbagai penghargaan, termasuk 1st Astranauts by PT. Astra International Tbk, 1st Wirausaha Muda Syariah by Otoritas Jaksa Keuangan (OJK) dan prestasi lainnya.
Â
Ramah Lingkungan
Ketertarikannya pada isu ketahanan pangan dan efisiensi di sektor peternakan mendorongnya mengembangkan Moo Apps sebagai solusi praktis yang dapat mendukung peternak dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil ternak.
Selain hadiah uang tunai, Sandi memperoleh kesempatan berkolaborasi dengan pemerintah Taiwan dalam pengembangan lebih lanjut Moo Apps. Kolaborasi ini diharapkan mempercepat proses komersialisasi dengan penyempurnaan fitur, seperti peningkatan akurasi sensor dan optimalisasi sistem berbasis AI.
Selain itu, Sandi mengaplikasikan teknologi panel surya pada alat sensor Moo Apps untuk kebutuhan pengisian daya, memungkinkan alat ini beroperasi secara mandiri tanpa ketergantungan pada sumber listrik eksternal.
Inovasi ini tidak hanya mengurangi biaya operasional peternak, tetapi juga mendukung konsep ramah lingkungan dengan memanfaatkan energi terbarukan secara optimal.
Keberhasilan Sandi dalam ajang internasional tersebut mendapat apresiasi dari Rektor Universitas Pertamina, Prof Wawan Gunawan.
Menurut Prof. Wawan, kesuksesan yang diraih Sandi merupakan cerminan kemampuan mahasiswa dalam memahami tantangan sosial yang mampu diselaraskan dengan proses pembelajaran secara mendalam.
"Prestasi Sandi dengan Moo Apps di tingkat internasional membuktikan keberhasilan mahasiswa Universitas Pertamina dalam mengaplikasikan pembelajaran ke inovasi berdampak nyata," jelasnya.
Advertisement