Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda merasa bahwa hidup yang telah Anda jalani ternyata banyak dihabiskan untuk bekerja, dan Anda merasa dikuasai oleh pekerjaan? Seperti halnya diet untuk tubuh, mungkin pekerjaan Anda juga membutuhkan hal yang sama.
Sewaktu memeriksa daftar tugas yang harus dikerjakannya, Anda mungkin tersadar betapa kacau dan tidak seimbangnya hidup. Anda mencintai pekerjaan Anda, namun setiap kali memulai proyek baru, Anda tidak pernah punya waktu untuk melepaskan diri.
Cobalah 6 langkah berikut untuk menyederhanakan karir Anda. Proses ini akan berjalan secara bertahap, namun Anda merasa lebih produktif, lebih kreatif dan dapat berpikir memiliki pemahaman baru mengenai hidup dan pekerjaan, serta alasan mengapa Anda bekerja seperti dilansir Simplify Your Life, Kamis (10/4/2014):
Advertisement
Ubah Pandangan Mengenai Jam Kerja
Jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga survei internasional Yankelovich menunjukkan bahwa orang mulai mengubah pandangan tentang jumlah jam kerja. Separuh dari mereka bahkan rela berganti pekerjaan agar memiliki lebih banyak waktu luang untuk keluarga. Mungkin akan tiba saatnya masa dimana jadwal kerja selama dua dasawarsa terakhir ini akan dipandang sebagai hal yang paling sinting yang pernah terjadi dalam budaya manusia.
Elaine St. James, penulis buku bestseller Simplify Your Life memaparkan beberapa tip mudah yang dapat Anda lakukan tanpa menyadarinya agar tidak membawa pulang pekerjaan Anda. “Tinggalkan tas kerja Anda di kantor, sedikitnya dua hari dalam seminggu,” tulisnya. Dengan demikian Anda dapat melakukan rencana kegiatan yang tidak memungkinkan Anda untuk bekerja di rumah sesudah jam kantor.
Cara lainnya menurut Elaine adalah dengan menghindari bekerja di akhir pekan. “Jika Anda sering membawa pulang pekerjaan untuk diselesaikan selama akhir pekan, bisa jadi Anda tidak bekerja selama efektif selama seminggu sebagaimana seharusnya,” katanya.
Bekerja berlebihan mengakibatkan timbulnya stres, dan stres menyebabkan penyakit. Penelitian yang dilakukan oleh National Institutes of Health menunjukkan bahwa 70 persen penyakit era millennium ini berkaitan erat dengan stres.
Advertisement
Hindari Tinggal Jauh dari Tempat Kerja
Lebih dari separuh warga di kota besar menghabiskan waktu lebih dari satu atau dua jam atau lebih setiap harinya untuk perjalanan pulang-pergi kantor. Ini berarti rata-rata setiap orang menghabiskan waktu setara dengan sebulan penuh setiap tahunnya hanya untuk perjalanan ke kantor.
Jika memungkinkan, carilah pekerjaan yang lokasinya berdekatan dengan tempat kerja. Atau jika tidak memungkinkan, gunakan waktu sepanjang perjalanan itu untuk meningkatkan spiritualitas.
Jika Anda mengendarai mobil, dengarkanlah musik yang memberi inspirasi atau bersenandunglah dengan irama yang membahagiakan hati.
“Belajarlah menikmati kesenyapan, karena dalam kesenyapan, ada kesempatan untuk berpikir,“ tulis Elaine.
Bekerjalah Dengan Senyum
Penelitian mengungkapkan bahwa saat kita tersenyum, tubuh kita melepas zat endorphin ke dalam otak. Zat ini bahkan dapat digunakan untuk kepentingan kita di tempat kerja. Salah satu caranya adalah dengan mempelajari seni tersenyum dalam hati.
Elaine memaparkan, maksudnya adalah tersenyum dalam hati tanpa terlalu terlihat oleh orang lain tetapi berdampak kuat pada kemampuan kita untuk bersikap positif terhadap segala masalah, tantangan, dan interaksi yang ada.
Zat endorfin membuat jiwa kita tenang, ringan, dan berenergi tetapi pada saat yang bersamaan juga membuat pikiran kita menjadi awas.
Resapilah kegembiraan yang timbul, dan pertajamlah rasa gembira itu dengan memusatkan perhatian dan berlatihlah untuk mempertahankannya.
Advertisement
Jangan Menunda Pekerjaan
Kebiasaan menunda-nunda pekerjaan dapat mengacaukan jadwal kerja dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Belum lagi mutu pekerjaan dan perasaan kita terhadap pekerjaan itu.
Apa yang menyebabkan orang seringkali menunda pekerjaan, umumnya dikarenakan empat hal. Melakukannya secara tidak sadar untuk menantang diri kita sendiri, menunda karena merasa perfeksionis, menunda karena takut gagal, dan menunda karena takut berhasil.
Lantas apa yang dapat kita perbuat? Elaine menyarankan agar mengatur ulang jadwal kerja dan kegiatan sehingga terpaksa untuk memanfaatkan semua bakat yang ada untuk menyelesaikan tugas.
Belajarlah untuk menghargai kesungguhan untuk berbuat sebaik mungkin karena Anda tahu, kalau mau, Anda bisa terus melakukan yang lebih baik lagi,“ kata Elaine.
Hidup Dalam Batas Kemampuan
Salah satu batu sandungan terbesar bagi orang yang ingin menyederhanakan kehidupan kerja mereka adalah ketakutan jika mereka mengurangi pekerjaan, keuangan mereka juga akan berkurang.
Kebanyakan orang berprinsip bekerja untuk uang. Itulah sebabnya mereka tidak pernah menikmati seni bekerja.
Hasilnya adalah, seberapa beratpun Anda bekerja, seberapa besar yang Anda hasilkan, Anda tidak akan pernah merasa cukup dengan finansial yang didapatkan.
Rumus kekayaan sejati menurut Thomas J. Stanley dan William Danko, penulis buku The Millionaire Next Door sederhana saja; cari uang, tabung, dan investasikan.
William dalam bukunya menuliskan, kebanyakan orang melangkah mundur; mencari uang dan kemudian membelanjakannya.
Saran William, ganti kegembiraan sesaat berbelanja dengan disiplin diri dan rencana jangka panjang.
Advertisement
Berliburlah
Dalam sebuah penelitian dari American Psychosomatic Society yang dipublikasikan oleh majalah Time, dipaparkan bahwa cuti berdampak meremajakan.
Penelitian yang dilakukan selama dua dekade tersebut mennyimpulkan bahwa orang yang mengambil cuti tahunan kemungkinan meninggalnya 21% lebih rendah dibanding dengan yang tidak mengambil cuti tahunan.
Dikatakan oleh Eileen Rachman, psikolog dari Lembaga Expert, salah satu alasan mengapa kebanyakan orang menganggap cuti juga melelahkan adalah karena selama itu kita mencemaskan pekerjaan dan apa yang terjadi di kantor.
“Kita seringkali terperangkap bahwa pekerjaan tidak akan berjalan dengan baik tanpa kehadiran kita,” kata Eileen.
Cuti panjang memungkinkan kita untuk memulihkan kesehatan tubuh dan jiwa, berjalan-jalan dan mempelajari kebudayaan baru, serta memberi kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan pasangan dan keluarga.