Sukses

Uluru, Jelajah Jantung Spiritual Suku Aborigin

Uluru-Kata Tjuta National Park yang merupakan tempat spiritual bagi suku Aborigin kini semakin ramai dikunjungi wisatawan.

Liputan6.com, Perth Jika Anda berwisata ke Australia, jangan lupa untuk melangkahkan kaki Anda ke destinasi berikut yang merupakan tempat spiritual bagi suku Aborigin.

Seperti yang dilansir dari Amusingplanet, Senin (21/4/2014), Uluru merupakan taman nasional yang sangat terkenal di Australia. Uluru dikenal juga dengan sebutan Ayers Rock. Taman ini dinamai oleh William Gosse pada tahun 1873 untuk menghormati Kepala Sekretaris Australia Selatan, Sir Henry Ayers.

Taman yang dinamain oleh William Gosse pada tahun 1873 ini tercatat dalam Warisan Dunia dan merupakan salah satu simbol alam pedalaman paling mengesankan di Australia.

Terletak tepat di jantung Uluru Kata Tjuta National Park, di tengah Red Centre Australia, Uluru mengusung dongeng rakyat yang tak lekang waktu, budaya asli yang kaya, dan nuansa kerohanian yang kental.

Anda tidak boleh melewatkan terbit dan terbenamnya matahari di balik 'the rock,' pengalaman yang tak tergambarkan oleh kata-kata. Beberapa kali sepanjang hari, warna-warni pemandangan terus berubah, dari merah jambu ke merah darah, hingga ungu lembayung.

Setiap kali Anda menoleh, selalu tampak nuansa yang berbeda. Langit yang membentang di atas mencerminkan sapuan aneka warna yang tak terbayangkan, langsung dilukis oleh kuas Sang Pencipta.

Sementara itu, Uluru yang terdiri dari bebatuan berpasir keras akibat erosi di sekitarnya ini menjadi situs yang dianggap suci oleh sebagian besar penduduk asli Australia, aborigin.

Mereka percaya bahwa bebatuan ini dibangun selama periode masa lampau dan masih dihuni oleh roh leluhur. Para arkeolog juga menyatakan bahwa di tempat ini pernah ada kehidupan manusia sejak 20 ribu tahun yang lalu.

Dikendalikan oleh pemerintah pariwisata setempat, tempat ini terbuka untuk umum dan meskipun upacara ritual masih kerapkali dilakukan di beberapa lokasi yang ada di kawasan ini oleh penduduk setempat.



Taman ini juga memiliki sebuah pusat kebudayaan dan situs seni cadas Aborigin yang juga akan dijelaskan oleh pemandu wisata setempat kepada setiap wisatawan yang datang.

Pengembangan pariwisata di kawasan ini dimulai sejak 1950. Namun hal itu justru membawa dampak yang merugikan. Pada tahun 1970 kemudian dihapuskan segala bentuk akomodasi yang berkaitan dengan wisata.

Namun, sejak ditetapkan sebagai situs warisan dunia, taman ini justru membawa lebih dari 400 ribu wisatawan dan akhirnya kawasan ini kembali dibuka untuk umum meski sebagian besar wilayah masih digunakan untuk kegiatan keagamaan penduduk setempat.