Liputan6.com, Solo Kota Solo dikenal sebagai kota batik, untuk itu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu mengajukan kota tersebut sebagai City Creative ke UNESCO.
Dengan pengajuan tersebut diharapkan perkembangan dan pelestarian industri batik di Solo bisa terus terjaga.
Mari Elka Pangestu mengatakan Solo sebagai City Creative atau kota kreatif berbasis desain, khususnya batik telah diajukan ke lembaga PBB yang membawahi kebudayaan itu.
Advertisement
Menurut rencana hasil keputusan dari UNESCO terkait City Creative akan keluar pada bulan Oktober mendatang.
“Proposal pengajuan Solo sebagai kota kreatif sudah masuk. Selanjutnya kita menunggu hasilnya pada bulan Oktober nanti,” kata Mari Elka Pangestu ketika ditemui di Pasar Klewer, Solo, Senin (23/06/2014).
Sebagai kota yang diajukan sebagai kota kreatif berbasis desain batik, maka dirinya pun ingin melihat langsung perkembangan industri batik di Kota Solo.
Untuk itu pada hari ini rombongan mengunjui Pasar Klewer sebagai pusat perdagangan batik terbesar di Jawa Tengah.
“Kalau berkunjungnya ke perajinnya kan pernah, namun kali ini kami ingin melihat akses perdagangan batik di Pasar Klewer,” ucapnya.
Lebih lanjut ia menuturkan, pengajuan Solo sebagai kota industri itu sebagai tindak lanjut dari pengakuan UNESCO terhadap batik sebagai intagible herritage pada beberapa tahun lalu.
Jadi, untuk tetap mengembangkan dan melestarikan batik perlu dikembangkan inovasi, desain serta kreatifitas secara terus menerus.
“Ya kita harus melestarikan batik sebagai warisan budaya seperti ini. Harus tetap dikembangkan dengan proses desain dan inovasi,” ucapnya.
Batik saat ini, disebutkan dia, tidak hanya pada busana saja. Namun, batik sudah diaplikasikan ke berbagai desain, seperti halnya desain interior batik di hotel, gitar yang dibatik serta mobil yang saat ini banyak yang dicat bermotif batik.
“Inilah wujud dari pengembangan desain yang berbasis batik,” ujar Mari Elka Pangestu. (Reza Kuncoro/Ars)