Liputan6.com, Palu Cincin berhiaskan batu akik kian diminati oleh sebagian warga di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Penggemarnya bukan lagi dari kalangan orang tua, melainkan sudah merambah ke semua kalangan. Bahkan, telah menjadi tren baru bagi anak-anak muda di kota itu.
Â
Baca Juga
Salah satu penggemar cincin batu akik, Into menerangkan, tren ini baru berlangsung selama tiga tahun terakhir di Palu. Dan memang para penggemarnya didominasi oleh anak-anak muda yang berprofesi sebagai pengusaha, mahasiswa, hingga pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Advertisement
Â
"Dulu memang anak-anak muda malu jika mengenakan cincin batu aki, karena dulu itu hanya orang tua yang banyak pakai. Tapi sekarang, tidak malu lagi. Selain sudah trendnya, juga anak muda yang gemar cincin-cincin berhiaskan batu akik mulai banyak," aku dia, saat ditemui Liputan6.com di Palu, Jumat (15/8/2014).
Pedagang Cincin Menjamur
Kegemaran anak muda di Kota Palu terhadap cincin batu akik, memang tidak terbantahkan lagi. Hal itu sangat tampak jelas dari maraknya pedagang cincin batu akik dan pengrajin cincin batu akik bermunculan di beberapa ruas jalan. Selain itu, kegemaran tersebut juga terlihat jelas dari banyaknya jumlah koleksi yang dimiliki masing-masing anak muda.
Â
"Koleksi saya ada sekitar 20 buah yang sudah jadi cincin yang berhiaskan batu akik. Dan ada sekitar 12 buah batu akik yang belum dijadikan cincin. Semua ini banyak yang dibeli dan ada beberapa dikasih teman. Jenisnya hampir semua jenis batu akik ada di koleksi saya," kata Into.
Advertisement
Komunitas Penggemar Cincin Batu Akik
Penggemar batu akik lainnya, Herman menuturkan, trend cincin batu akik di kalangan anak muda Kota Palu juga ditandai dengan adanya komunitas penggemar cincin batu akik yang dibentuk. Seperti komunitas penggemar cincin batu akik yang didirikannya, bernama 'Pecinta Cincin Batu Akik (PCBA) Kota Palu'.
Â
"Awalnya dari cerita-cerita biasa saja bersama Into dan tiga orang teman yang hobi mengoleksi cincin batu akik. Hasilnya kami sepakat untuk membentuk PCBA ini, hingga sekarang kami mempunyai 17 orang anggota yang semuanya hobi dan memiliki banyak koleksi cincin batu akik," katanya.
Â
Menurut dia, tujuan didirikannya PCBA hanya sebagai wadah biasa saja untuk berkumpulnya para anak muda yang hobi mengoleksi cincin batu akik di Palu. Agar dengan adanya komunitas itu para anggota bisa saling berdiskusi tentang masing-masing koleksi yang dimiliki.
Â
"Selain itu komunitas ini juga sebagai tempat para anggota memamerkan cincin-cincinnya sambil bersilaturahmi. Untuk tujuan lain tidak ada, karena memang komunitas ini untuk para penghobi cincin batu akik biasanya saja," terang Herman.
Keindahan Warna dan Bentuk
Ketertarikan anak muda Kota Palu terhadap cincin batu akik, tidak lain karena faktor keindahan alami yang dihasilkan dari batu akik. Mulai dari keindahan warna hingga keindahan bentuknya. Sedangkan soal adanya mitos gaib dari batu-batu tersebut, tidak menyurutkan minat mereka untuk mengoleksi.
Â
"Bukannya mereka tidak percaya mitos. Tapi memang hanya sekadar hobi saja melihat keindahan warna dan bentuk sampai anak-anak muda itu mengoleksinya," kata pedagang cincin batu akik, Ahmad, ditemui terpisah.
Â
Dia menyebutkan, hampir semua jenis batu akik menjadi incaran anak muda di Kota Palu. Namun yang paling diburu dan diminati batu akik jenis ruby, safir, peros, ako, kalimaya, obi, dan batu bacan. Batu-batu ini, lanjut Ahmad, memang memiliki keindahan dan keunikan bentuk dan motif tersendiri.
Â
"Harga dari batu-batu itu berfariasi dan memang cukup mahal. Harganya mulai dari Rp 800 ribu hingga jutaan rupiah per batu. Tapi meskipun mahal tetap juga mereka beli," ungkapnya.
Advertisement
Jadi Tren Baru
Ahmad mengakui, karena banyak penggemar dari cincin batu akik membuat cincin batu akik menjadi tren baru bagi anak muda di Palu. Dan karena lagi trendnya itu, membawa berkah tersendiri bagi dirinya yang notabene sebagai pedagang cincin batu akik.
Â
"Saya sudah hampir lima tahun lebih berdagang cincin batu akik dan baru tiga tahun terakhir ini memang penjualan cukup signifikan. Karena yang tadinya pembeli hanya beberapa saja dari kalangan orang tua. Sekarang sudah banyak pembeli yang hampir rata-rata pembelinya adalah anak-anak muda," imbuhnya. (M Taufan SP Bustan/Ars)