Sukses

Bacha Posh, Gadis Cilik yang Dirawat seperti Lelaki di Afganistan

Di Afganistan ada sebuah fenomena bernama Bacha Posh di mana anak perempuan dibesarkan seperti bocah laki-laki.

Liputan6.com, Kabul da sebuah fenomena sosial yang unik dan perlu direfleksikan mendalam pada kehidupan masyarakat Afganistan. Bocah bernama Mehran Rafaat berusia 7 tahun ini tampak seperti bocah-bocah lelaki lain yang riang bermain ke sana ke mari. Namun Mehran bukanlah laki-laki. Mehran itu anak perempuan.

Fenomena ini bukan tentang anak perempuan yang tomboy tapi anak perempuan yang memang oleh keluarganya dibesarkan sebagai bocah lelaki. `Bacha Posh` adalah istilah dalam bahasa Dari untuk menyebut anak-anak perempuan yang dibesarkan sebagai anak laki-laki.

Pada tahun 2009, penulis Jenny Nordberg mewawancara politikus lokal Afganistan bernama Azita Rafaat. Bertemu dengan anak-anak perempuannya, Nordberg mendapat sebuah pengakuan menarik dari mereka. Mereka menyebut bahwa adik laki-laki mereka sesungguhnya juga perempuan.

Hal tersebut membuatnya ingin mencari Bacha Posh lainnya. Bascha posh ternyata fenomena yang lazim di temui pada kehidupan masyarakat Afganistan. “Di masyarakat yang sangat patriarkis, keluarga tanpa anak laki-laki akan dipandang lemah, tak utuh, dan akan dikasihani,” ucap Nordberg menjelaskan keberadaan fenomena Bascha Posh di Afganistan.

http://cdn1-e.production.liputan6.static6.com/medias/746342/big/001160200_1412339072-Bacha_Posh_Afghanistan_1014_2.jpg

Dengan menjadi Bascha Posh, seorang anak perempuan dapat menikmati kebebasan yang dimiliki oleh anak laki-laki di sana, seperti lebih banyak kesempatan untuk bermain di luar rumah dan kesempatan untuk bersekolah.

Ketika masuk masa puber, Bacha Posh akan diharapkan kembali ke kehidupan sosial sebagai seorang wanita. Karena terbiasa memiliki hak yang luas, sebagian Bacha Posh menolak untuk menjalankan identitas sebagai wanita di masyarakat itu. Salah satunya adalah Zahra yang kini berusia 15 tahun.

Zahra mengatakan bahwa ia tak pernah mau menjalani kehidupannya sebagai wanita di Afganistan. Salah satu contoh yang bersedia untuk menjalankan identitas sebagai wanita di negara itu adalah Shukria Siddiqui, ibu dari 3 anak.

Mengenai fenomena ini Shukria berkata “Saya pikir mengecewakan bahwa fenomena ini hadir sampai sekarang. Berpura-pura sebagai laki-laki adalah sesuatu yang wanita lakukan sepanjang sejarah saat mereka tak mendapatkan hak-hak asasinya sebagai manusia, seperti hak pendidikan dan hak untuk memilih punya anak atau tidak”.

“Anak-anak perempuan yang dibesarkan sebagai anak laki-laki adalah sebuah gejala masyarakat yang disfungsional dan harus berubah,” sambung Shukria. Kisah mengenai Bacha Posh ini tertuang dalam sebuah buku berjudul `The Underground Girls of Kabul` yang ditulis oleh Jenny Nordberg.

Buku tersebut diterbitkan oleh Virago dan dijual dengan harga 14.99 poundsterling (sekitar 290 ribu rupiah).