Sukses

Butuh Rp 30 Miliar untuk Bangun Kembali Istano Basa Pagaruyung

Setidaknya, anggaran dari APBD sebesar Rp 30 miliar dibutuhkan untuk bangun kembali Istano Basa Pagaruyung

Liputan6.com, Jakarta Istano Basa Pagaruyung yang kini berdiri kokoh dan terlihat megah di atas bukit Batu Patah beberapa kali hangus dilahap si jago merah. Tercatat sudah tiga kali, sejak 1804 sampai yang terakhir pada 2007.

Oleh karena itu, saat ini pengunjung yang berwisata ke Istano Basa Pagaruyung tidak akan pernah bisa melihat wujud asli dari Istana yang hanya ditempati oleh Bundo Kandung (ibu, adik perempuan, dan kakak perempuan raja).

Zona, wanita asli Minangkabau yang jadi pemandu wisata rombongan OT Trad Novation Goes to Padang, mengungkapkan, sejak dibuka untuk umum sampai 1966, masyarakat yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Ranah Minang, tidak akan bisa melihat wujud asli dari Istano Basa Pagaruyung.

"Setelah kebakaran yang pertama kali, Istana ini sempat didirikan dan dibuka untuk umum. Namun kembali terbakar pada 1966. Dan pada akhir 1970-an, istana ini dibuka kembali untuk umum," kata Zona kepada Liputan6.com di hari ke-2 kunjungan pada Senin (17/11/2014)

Namun, setelah lebih dari 30 tahun kembali berdiri kokoh dan dapat dikunjungi untuk melihat sejarah masa lalu, Istana yang terletak di Kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, kembali mengalami kebakaran hebat, akibat geluduk (petir) yang menyambar puncak istana pada 2007.

"Semuanya terbakar. Dari lantai 1 sampai lantai 3. Bahkan, kain-kain yang ada di istana ini, dan dokumen sejarah yang ada ikut terbakar. Semua hangus," kata Zona.

Dia menambahkan, barang-barang yang selamat dari kecelakaan maut tersebut, kini disimpan dan dirawat dengan baik di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah Datar.

Saat akan dibangun kembali pada 2008, setidaknya dibutuhkan dana lebih dari Rp 20 miliar untuk membangun Istano Basa Pagaruyung kembali. "Ya, ada kali, ya, sekitar Rp 30 miliar untuk membangun ini," kata Zona.

Menurut sepengetahuan wanita berparas cantik dan berjilbab itu, dana Rp 30 miliar didapat dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dan juga dari perantau yang tinggal di sejumlah daerah yang ada di Indonesia.

Bahkan, negara jiran Malaysia, turut memberikan sumbangan, demi terbangunnya Istano Basa Pagaruyung.

"Malaysia dan Bukittinggi juga ada kaitannya. Warga Malaysia dan Bukittinggi, sedikit memiliki kesamaan, termasuk warga Malaysia yang berasal dari negeri sembilan," kata Zona.

Berkat uluran tangan dari banyak pihak, istana yang dibangun kembali dengan posisi agak sedikit mundur 20 meter dan tidak terlihat dari pinggir jalan, selesai pada 2013 dan dibuka untuk umum pada Oktober 2013.

"Baru setahunlah dibuka kembali untuk masyarakat umum," kata Zona. (Aditya Eka Prawira/Ars)