Liputan6.com, Turki Republik Turki adalah sebuah negara besar di kawasan Eurasia. Ibu kota Turki berada di Ankara namun kota terpenting dan terbesar adalah Istanbul.
Budaya Turki merupakan campuran budaya Timur dan Barat yang unik yang sering diperkenalkan sebagai jembatan antara dua buah peradaban.
Hal itu lah yang menyebabkan Turki menjadi negara republik konstitusional yang demokratis, sekuler, dan bersatu. Turki telah berangsur-angsur bergabung dengan Barat sementara di saat yang sama menjalin hubungan dengan dunia Timur.
Advertisement
Kehebatan sistem sekuler Turki ini terlihat dari tetap terjaga dan terus berlangsungnya pelestarian budaya Islam. Penasaran? Berikut adalah ulasannya seperti yang dilansir dari Travel.nationalgeographic.com, Minggu (7/12/2014):
Whirling Dervishes
Whirling Dervishes
Whirling Dervishes merupakan sebutan bagi tarian berputar-putar. Tak sembarangan orang yang bisa melakukan tarian ini karena biasanya penari adalah seorang sufi. Dalam tarian yang diciptakan sejak 700 tahun lalu ini, para sufi akan berputar-putar sambil bergumam Ayat-Ayat Al-Quran. Jadi sungguh jelas makna tarian ini adalah manusia bisa bergerak mendekatkan diri pada Tuhan dan melupakan kehidupan duniawi.
Advertisement
Masjid Raya Sulaiman
Masjid Raya Sulaiman, Istanbul
Foto yang menakjubkan dengan penampakan bulan sabit di atas kubah Masjid Raya Sulaiman, Istanbul. Dibangun pada tahun 1550-an, masjid ini merupakan hasil rancangan dari arsitek pengadilan Sinan untuk menghormati Sultan Sulaiman I yang telah berhasil meraih masa keemasan pada abad ke-16.
Pentas Fesyen
Pentas Fesyen, Ankara
Sejak akhir Perang Dunia I, pemerintah menjadikan Turki sebagai negara sekuler yang sangat menegakkan aturan pelarangan pengenaan jilbab di lembaga-lembaga negara. Namun, hal ini bertabrakan dengan ideologis dari kebanyakan desainer di sana. Alhasil banyak digelar pentas fesyen atau fashion show yang memamerkan pakaian Islam yang modis. Salah satunya di Ankara.
Advertisement
Hagia Sophi
Hagia Sophia, Istanbul
Bangunan ini dibangun oleh Kaisar Bizantium Justinian pada pertengahan abad ke-6. Saat itu, Hagia Sophia merupakan gereja katedral terbesar. Setelah diperuntukkan sebagai gereja selama hampir seribu tahun, perubahan pemerintahan menjadikan bangunan ini berubah fungsi menjadi masjid, lengkap dengan 4 menara yang mengelilinginya. Pada tahun 1935, lagi-lagi Hagia Sophia berubah fungsi. Kali ini, Hagia Sophia berubah menjadi sebuah museum.