Sukses

Tanah di Tokyo Mahal, Pasangan ini Bangun Rumah 3,6 x 8,2 meter

Mahalnya tanah di Tokyo tak mengurungkan niat pasangan ini untuk memiliki rumah di kota besar. Rumah mereka hanya seluas 3,6 x 8,2 meter.

Liputan6.com, Tokyo- Tempat tinggal adalah salah satu kebutuhan primer seseorang ataupun sebuah keluarga. Jika Anda termasuk ke dalam golongan kaum urban yang punya banyak keperluan di kota, maka tinggal di pusat kota memberi banyak keuntungan. Waktu tempuh yang lebih cepat dengan tempat-tempat di kota dan banyaknya fasilitas adalah beberapa keuntungan yang bisa didapat.

Namun bukan rahasia bahwa harga tanah di kota-kota besar sangat mahal. Jika Anda tak punya banyak uang namun memaksakan diri untuk membeli tanah di kota besar, Anda akan berakhir pada luas tanah yang sangat kecil. Dengan tanah yang kecil, rumah seperti apa yang bisa Anda buat?

Tomoya dan Naomi Sato adalah contoh nyata pasangan yang membeli tanah dengan luas sangat sempit di kota Tokyo. Untuk mendirikan bangunan di lahan seluas 3,6 x 8,2 meter (29.5 meter persegi), pasangan ini mempekerjakan seorang arsitek bernama Osami Nishida dari ON Design Partners.

“Bahkan setelah kerangka rumah dibangun, kami masih khawatir apakah rumah ini akan berhasil dibuat,” ucap Sato yang bekerja sebagai insinyur di sebuah perusahaan peralatan medis. Nishida sang arsitek mendesai bangunan menjadi dua bagian yang terpisah oleh satu ruang kosong.

Bagian pertama terdiri dari 3 lantai dan bagian kedua adalah tempat tangga berada. Untuk berpindah dari satu lantai ke lantai lain, penghuninya harus ke luar rumah kemudian masuk ke ruang tangga kemudian keluar dari ruang tangga itu lagi untuk masuk ke ruang yang dituju. “Ketika ada badai, kami jadi basah saat berpindah ruang,” ucap Sato sembari tertawa.

Ruang kosong di antara 2 bagian rumah tersebut dibuat untuk memasukkan cahaya dan udara ke rumah. “Itu adalah ruangan untuk menjemur baju dan memungkinkan penghuninya untuk duduk di kursi guna menghirup udara segar,” jelas Nishida seperti dilansir dari situs berita Wall Street Journal pada Sabtu (3/1/2015).

Ruang tersebut tak boleh diberi atap karena aturan bangunan setempat mensyaratkan keberadaan 40 persen ruang terbuka pada sebuah bangunan. Nishida mengatakan “Tinggal di rumah kecil, Anda harus merelakan banyak hal tak ada karena Anda tak bisa menaruh banyak hal. Tapi hal ini membuat Anda sadar dengan apa yang benar-benar penting untuk hidup Anda”. (Bio/Liz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini