Sukses

`Pesona Kriya Sulam` Pamerkan Keindahan Sulam Nusantara

Di Museum Tekstil diselenggarakan pameran Pesona Kriya Sulam.

Liputan6.com, Jakarta Memang benar bahwa lukisan adalah tentang gambar – dan konsep dibalik itu. Tapi benarkah hanya tentang gambar? Jika hanya mengenai hal itu, bukankah seharusnya tak ada perbedaan kala melihat lukisan dan foto sebuah lukisan? Rasanya jelas berbeda. Tekstur adalah satu hal yang membuat lukisan “menjadi” lukisan.

Tekstur memang utamanya merupakan garapan kulit sebagai indra perasa, akan tetapi tekstur juga punya peranan dalam memperkaya pengalaman indra penglihatan. Hal ini nyata di dunia fesyen. Kala Anda melihat sebuah busana, entah saat berjalan di mal atau menyaksikan sebuah fashion show atau memperhatikan gaya seseorang, perhatian bukan hanya tertuju pada model baju, tapi juga pada bahan yang digunakan. Tentang bagaimana teksturnya.

Bila Anda mendengar penjelasan seorang desainer mengenai koleksi yang ditampilkannya, Anda mungkin akan mendengar kata `Embroidery`. Embroidery sudah hadir sejak ribuan tahun lalu. Di Indonesia disebut dengan istilah `Sulam`. Untaian benang atau manik-manik yang dibuat menjadi hiasan pada sebuah kain ini dalam perkembangannya juga bisa dihasilkan oleh mesin bordir. Bukan hanya gambar Sulam atau bordir yang memperindah kain. Kain berhias sulam juga punya tekstur yang cantik.

Memang tak semua orang cukup peka untuk menghargai karya seni sulam tangan. Bukan hanya menyamakan nilai sulam tangan dan bordir mesin, sebagian orang bahkan tak merasa ada perbedaan nilai antara embroidery dengan motif print. Keduanya dianggap sekadar hiasan pada selembar kain. Poin ini yang diutarakan oleh Bintang Puspayoga, istri dari Mentri Koperasi dan Usaha Kecil menengah, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, yang membuka pameran Pesona Kriya Sulam pada Kamis 5 Februari 2015.

Sulam gambar bunga warna-warni hadir pada selembar kain oranye muda transparan. Item fesyen khas budaya peranakan Indo-Tiongkok ini menjadi satu item dari sekian banyak kriya sulam memukau lainnya yang ditampilkan pameran di Musem Tekstil, Jakarta. Bukan hanya sulam dari Indonesia yang memenuhi tempat itu. Hasta karya sulam dari negri-negri lain pun menambah pesona pameran yang diselenggarakan atas kerja sama Komunitas Pecinta Sulam dan Yayasan Sulam Indonesia itu. Masing-masing negri punya nuansa sulamnya sendiri. Sebut saja sulam India yang berwarna emas cantik bak permadani baginda.

Daerah-daerah Indonesia pun tak kalah memikat dengan keeksotisan sulamnya. Sayang sulam tangan kini sudah semakin jarang di Indonesia. Berapa banyak anak muda masa kini yang pernah melihat ibunya menyulam? Kalaupun pernah melihat hasil sulaman, itu mungkin tak disadari karena sulamannya sudah menjadi bagian dari sebuah busana. Ini yang disampaikan oleh Safrida N. Ramadhan selaku Ketua Komunitas Pecinta Sulam pada acara pembukaan pameran. “Oleh karena itu, pameran seperti ini sangat berguna untuk mengenalkan sulam ke generasi masa kini,” ucap Safrida yang sudah belajar sulam sejak kelas 6 SD.

Komunitas Pecinta Sulam berdiri sejak Januari 2008 yang beranggotakan para pecinta sulam, baik sulam tangan maupun sulam mesin. Komunitas Pecinta Sulam didirikan dengan tujuan meningkatkan keterampilan menyulam dan menambah kecintaan terhadap sulam, baik sulam Nusantara maupun mancanegara.

Guna mengangkat kembali sulam, Safrida berharap agar teknik sulam dapat diajarkan pada banyak orang dan dikuasai oleh banyak orang. Ada beberapa alasan yang disebut Safrida untuk mengangkat kembali sulam. Salah satunya adalah bahwa sulam memiliki nilai jual yang bisa bermanfaat bagi perekonomian. Tentang mengangkat kembali sulam di Indonesia, Bintang Puspayoga mengatakan “Ini tak hanya menjadi tanggung jawab satu atau dua orang atau komunitas-komunitas sulam saja tapi merupakan tanggjung jawab semua stake holder di dalamnya. Kita harus bergandengan tangan untuk menggeliatkan kembali kriya sulam yang ada di Indonesia.”.

Di antara berbagai karya sulam yang ditampilkan di pameran ini, beberapa hadir dalam rupa sebuah busana. Indah memang hasil sulam yang hadir berupa karya tersendiri, layaknya sebuah lukisan. Akan tetapi merupakan sebuah keanggunan berbeda kala embroidery menjadi bagian dari konsep sebuah busana, terlebih dalam sebuah koleksi rancangan desainer. Satu hal yang mungkin juga perlu diintensifkan untuk melestarikan sulam. Anda berminat menyulam? Di pameran Pesona Kriya Sulam anda bisa coba ikut workshop menyulam yang berlangsung selama pameran, 5-8 Februari 2015.