Liputan6.com, Jakarta “Fashion show terakhir yang kami lihat adalah pada tahun 1988 di hotel Palestine,” ucap Umm Mustafa yang pada Jumat, 13 Maret 2015, bersama suaminya menghadiri pagelaran busana di Baghdad, Irak. Pasangan Umm Mustafa mengatakan “Kami suka fesyen dan desain. Situasi keamananlah yang telah berdampak pada segalanya. Di sini ada perkembangan namun tak ada kesempatan untuk menunjukkannya pada dunia”.
Seperti dilansir dari Telegraph.co.uk pada Senin (16/3/2015), sebanyak 500 orang datang ke hotel Royal Tulip untuk melihat busana-busana yang dibawakan 16 wanita muda Irak di Baghdad Fashion Show. “Ini adalah mimpi yang menjadi nyata, Saya telah bermimpi tentang sesuatu seperti ini sejak lama,” ujar Ayman Sultan Hajem, satu-satunya desainer pria dari 6 perancang busana yang menampilkan koleksinya dalam acara ini.
Baca Juga
Persembahan Penutup Merdi Sihombing di Pameran The Flying Cloth, Hidupkan Kembali Koleksi yang Mewarnai Panggung Fesyen Prestisius
Saat Halle Berry Kembali Kenakan Gaun Menerawang Ikonis Elie Saab di Malam Memenangkan Oscar 22 Tahun Kemudian
Annisa Pohan dan Almira Tonton Fashion Show, Gaya Putri AHY Disebut Elegan dan Modis Berkelas
Sambungnya menjelaskan anggapan-anggapan negatif yang tumbuh di sana tentang profesi desainer, Hajem mengatakan “Saya merasakan kemenangan atas diri saya dan masyarakat”. Selain profesi desainer, pekerjaan sebagai model fesyen pun tak dianggap positif oleh norma sosial di negri itu. Seorang model di Baghdad Fashion Show bernama Haneen mengaku bahwa ibunya adalah satu-satunya orang di antara keluarga dan teman-temannya yang tahu bahwa ia berjalan di catwalk fashion show tersebut.
Advertisement
“Saya tak memberi tahu siapapun bahwa saya seorang model karena tak ada yang bisa menerima ide itu. Yang ayah saya tahu adalah bahwa saya bekerja di sebuah rumah mode,” kata Haneen. Sambungnya, “Anda bisa membahayakan hidup Anda dengan memilih menjadi model”. Sebagaimana Haneen, model-model lain yang berjalan untuk Baghdad Fashion Show mendapat dukungan dari ibu mereka. “Pada tahun 1980-an, masyarakat tak punya pandangan keras tentang hal-hal semacam ini, golongan ekstremis agama telah mengubahnya,” kata Thanaa yang merupakan ibu dari salah seorang mode di acara itu.
Pada saat yang sama, ratusan mil dari tempat acara itu, ribuan tentara Irak tengah berperang dengan grup ekstremis yang bertujuan untuk membentuk Islamic State. “Jika Anda di Baghdad, acara ini adalah tindak perlawanan terbesar. Ini bukan perang dengan pesawat jet dan tank tapi dengan ide,” jelas Abdelkader Ghassan, seorang Marketing Manager sebuah perusahaan tur wisata.