Liputan6.com - Merupakan satu sejarah baru di dunia kontes kecantikan Jepang bahwa pemenang Miss Japan 2015 adalah wanita Jepang campuran Afro-Amerika. Kemenangan Nagasaki Ariana Miyamoto tak diterima begitu saja. Banyak pihak yang mengklaim bahwa dirinya tak pantas memakai mahkota itu karena dianggap kurang Jepang.
“Tidak. Ia bahkan tak terlihat seperti orang Jepang,” ucap seorang bernama Ishiko Komagawa. Seorang pelajar bernama Tomoki Nogami juga memiliki pendapat serupa. Ia mengatakan, “Ia tidak 100 persen Jepang. Miss Japan terpilih harusnya memiliki pasangan orang tua orang jepang”.
Baca Juga
Akan tetapi sebagian masyarakat Jepang justru merayakan keputusan juri karena hal tersebut dinilai mengembangkan cara pandang tentang apa artinya menjadi orang Jepang. Pandangan sebelah mata pada diri Miyamoto yang merupakan Jepang kulit hitam bukan hal baru baginya.
Advertisement
“Di masa sekolah, orang-orang biasa melempar sampah pada saya,” ucap Miyamoto seperti dilansir dari CNN.com pada Kamis (26/3/2015). Profesor Asian Studies di Temple University, Tokyo, Jeff Kingston menjelaskan bahwa banyak orang menghadapi diskriminasi dan prasangka buruk di Jepang.
Dijelaskannya bahwa Jepang memang telah memiliki figur dunia hiburan ataupun atlet ras campuran namun kemenangan Miyamoto sebagai ratu kecantikan Jepang adalah sebuah bentuk pematahan batasan-batasan kecantikan di negara itu. “Hal tersebut mengirimkan pesan yang sangat positif pada dunia tentang Jepang yang mengalami perubahan,” ucap Profesor Kingston.
Dengan adanya perdebatan soal kemenangannya, Miyamoto sendiri malah semakin terpacu untuk membawa nama Jepang di kontes Miss Universe mendatang. “Saya ingin mengatakan pada dunia bahwa bahkan orang Jepang campuran juga bisa mewakili Jepang,” tutur Miyamoto.