Sukses

Asimilasi Budaya Melalui Keikutsertaan Dalam Opera La Traviata

Menampilkan siswa pada bagian akhir pada opera `La Traviata` persembahan dari Artemis Danza sebagian dari asimilasi kebudayaan.

Liputan6.com, Jakarta Perayaan 65 tahun hubungan bilateral Indonesia dan Italia tak hanya dilakukan dengan pertunjukkan opera `La Traviata`persembahan dari Artemis Danza pada 14 Juni 2015 di Teater Ciputra Artpreneur akan menampilkan siswa pada bagian akhir opera berkelas internasional tersebut.

"Sekitar 14-15 orang siswa dari tujuh sekolah yang terpilih dan sudah dilatih oleh Artemis Danza akan tampil di bagian akhir pertunjukkan opera tersebut," kata Michela Linda Magri Direktur Istituto Italiano di Cultura, Michela Linda Magri, saat ditemui di Konferensi Pers `La Traviata` persembahan dari Artemis Danza, Rabu (20/5/2015), di Jakarta.

Setiap negara tentu memiliki seni tari tradisionalnya masing-masing sehingga memiliki ciri dan daya tarik tersendiri. Seperti tari balet yang jelas berbeda dengan tari Jaipong. Oleh karena itu, pelatihan tari tersebut disambut positif karena siswa-siswa bisa mencoba suatu pertukaran budaya, khususnya budaya Italia.

Narasumber saat Konferensi Pers Opera Italia `La Traviata`

"Jika ditanya `di mana letak kerjasama dan hubungan bilateral Indonesia-Italia dari penyelenggaraan opera La Traviata?`, menghadirkan siswa-siswa Indonesia tersebut adalah buktinya. Itulah elemen Indonesia-nya," terang Pendiri Indonesia Opera Society, Erza Setyadharma.

Erza menganggap hal tersebut merupakan bentuk asimilasi kebudayaan karena tidak setiap orang mampu dan berkesempatan belajar ke luar negeri untuk memahami budaya negara lebih lanjut.

"Buktinya saat ini semakin banyak opera yang dibuat oleh orang Indonesia. Untuk opera Indonesia pertama sendiri dibuat oleh Trisuci Kamal yang berjudul Loro Jonggrang. Semua dialog dalam opera tersebut menggunakan Bahasa Indonesia, musiknya juga memakai Bahasa Indonesia. Cuma, dalam standar kemasan musik opera barat," terang Ezra kembali. (auf/ret)

Â