Liputan6.com, Jakarta Demam batu akik dan batu permata yang saat ini melanda ternyata berdampak pada penghasilan ekonomi masyarakat Kota Selong, Lombok Timur. Tingginya minat untuk mengoleksi batu ini membuat para pengrajin meraup keuntungan yang besar.
Ribuan orang berbondong-bondong menuju sebuah mall di kawasan kota Selong untuk mengunjungi pameran batu akik dan batu mulia. Pada event tersebut para pengrajin batu akik dari berbagai daerah di Indonesia mempertontonkan sekaligus menjual batu akik hasil polesannya.
Harga yang dijualpun beragam mulai dari 30 ribu hingga jutaan rupiah. Salah seorang penjual, Safari (40 tahun) mengaku sangat senang dengan adanya pameran batu akik ini. Pasalnya, dengan adanya pameran ini ia bisa mendapat omset lebih banyak dibanding berjualan di rumah atau pinggir jalan. “Disini saya bisa mendapat satu juta bahkan lebih dibanding jualan di rumah. Jadi saya berharap pameran ini sering diadakan” ucap Safari.
Advertisement
Nilai transaksi di pameran yang telah berlangsung sejak 20 Mei 2015 ini mencapi puluhan juta rupiah setiap harinya. “Alhamdulillah minat masyarakat sangat tinggi. Ini terbukti dari nilai transaksi yang kami dapat dengan jumlah transaksi rata-rata Rp. 30 juta setiap hari,” ujar Andi Purwono, ketua panitia Lombok Gemstone Expo kepada Liputan6.com.
Bagaimana dengan respons pemerintah setempat? “Kami sudah layangkan surat kepada Dinas Pariwisata Lombok Timur untuk hadir pada pembukaan. Namun tidak digubris sama sekali. Bahkan dari Dinas Sosial Transmigrasi dan Tenaga Kerja (DSTT) pun tidak ada yang datang. Kami sangat kecewa,” ungkap Andi.
Terkait hal tersebut, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Lombok Timur, Widianto, meminta agar pemerintah tetap memperhatikan setiap event yang berbau promosi wisata dan lapangan pekerjaan. Sebab dengan adanya event tersebut citra daerah bisa naik dan mengurangi angka pengangguran.
“Ini adalah wadah baru dan hal baru. Saya minta kepada pemerintah untuk mendukung event ini karena memiliki banyak manfaat bagi daerah terutama sebagai icon baru dan mata pencaharian baru,” tandas Widianto. (Hans Bahanan/Bio)