Liputan6.com, Jakarta Di tahun 2015 ini, Bakti Budaya Djarum Foundation bekerja sama dengan desainer kenamaan Denny Wirawan untuk mengaplikasikan Batik Kudus dalam koleksinya dari label `Balijava`.
Balijava adalah lini label fashion retail milik Denny Wirawan yang telah berada di tempat belanja ternama seperti di Alun-Alun Grand Indonesia, Sogo Plaza Senayan, serta Sogo Pondok Indah Mall sejak tahun 2008 dan selalu menggunakan bahan kain Indonesia.
Pada Minggu 7 Juni 2015, Denny Wirawan mengangkat kain Batik Kudus pada acara Indonesia Festival (Indofest) di Nottingham, London, sebagai teaser untuk acara fashion show Balijava-Batik Kudus yang akan dihelat pada September 2015 mendatang di Jakarta.
Advertisement
Selain membawakan 20 koleksi Balijava-Batik Kudus, pada wevent Indofest ini, Denny Wirawan juga melakukan photoshoot untuk lookbook dan fashion spread Majalah Harper’s Bazaar pada edisi khusus di bulan Agustus 2015. Untuk rancangannya kali ini, Denny Wirawan mempercayai Atiqah Hasiholan sebagai ‘muse’ Balijava yang diyakini dapat memperkenalkan Batik Kudus di kalangan generasi muda Indonesia.
“Saya bangga mengenakan karya Denny Wirawan yang mengaplikasikan Batik Kudus ke dalam sentuhan yang modern. Dalam acara Indofest di Nottingham, seluruh tamu memberikan respon sangat positif terhadap koleksi label Balijava dengan motif Batik Kudus. Ini membuat saya yakin, motif Batik Kudus akan dapat di terima oleh seluruh masyarakat Indonesia dan Internasional. Sudah seharusnya kita sebagai warga Indonesia turut bertanggung jawab dalam melestarikan motif Batik Kudus agar kekayaan budaya ini tidak terlupakan,” ucap Atiqah Hasiholan.
Motif-motif asli Batik Kudus seperti motif Merak Cattleya latar Biji Mentimun, motif Bunga Parijoto, motif Merak Njraping (saling menengok) latar Beras Kecer, motif Taman Teratai latar Galaran Arab, motif Kaligrafi, motif Buketan, dan motif Mbako latar Cengkehan, akan diaplikasikan dalam fashion line Balijava dalam sentuhan gaya yang modern.
“Saya ingin mengajak masyarakat untuk bersama-sama mencintai dan melestarikan Batik Kudus yang dikenal memiliki motif yang unik dengan ragam pola yang rumit namun tetap halus. Motif-motif ini sekarang sangat langka dan hal ini menjadi tanggung jawab kita untuk melestarikan dan mengembangkannya agar mampu bersaing dengan berbagai jenis batik ataupun kain lainnya di dalam maupun di luar negeri,” ujar Denny Wirawan seperti dikutip dari rilis media yang diterima Liputan6.com
Bakti Budaya Djarum Foundation dan Batik Kudus
Bakti Budaya Djarum Foundation dan Batik Kudus
Sejak tahun 2011 sampai dengan saat ini, Bakti Budaya Djarum Foundation membina kelompok pembatik di Kudus dan menggagas workshop pembinaan dan pelatihan Batik Kudus rutin kepada para ibu dan remaja di Kudus. Kegiatan pelatihan ini terbuka untuk umum dan masyarakat yang berminat bisa mengikuti pelatihan dari tingkat dasar dengan menyediakan perlengkapan yang dibutuhkan untuk membatik termasuk pelatihan juga membantu untuk memasarkan.
“Saat ini Batik Kudus kurang populer dibandingkan dengan batik dari daerah lain. Berangkat dari keprihatinan itu, Bakti Budaya Djarum Foundation serta Denny Wirawan memiliki semangat untuk membawa ketenaran batik Kudus ke pasar retail melalui label Balijava,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Batik Kudus dikenal sejak tahun 1930-1960 yang berawal dari pengaruh kuat daerah pesisiran dan memiliki ciri khas motif `kepala buketan` serta `dlorong`. Pada awal tahun tersebut, karya pembatik Ny Lie Boen In cukup populer karena motif khasnya sarat akan `isen-isen` yang cukup padat, seperti motif Buket latar Biji Mentimun.
Pada tahun 1950-an mulai bermunculan pembatik baru yang mengembangkan Batik Kudus seperti Ok Hwa, Gan Tjioe Gwat, dan Oei Siok Kiem yang sangat populer dengan motif Merak Cattleya dengan latar isen-isen Cengkehan. Namun, di akhir 1960-an produksi kain di Kudus mengalami penurunan dengan berkembangnya industri kretek, sehingga banyak para pembatik yang akhirnya memilih untuk beralih profesi.
(bio/igw)
Advertisement