Liputan6.com, Jakarta Membaca karya sastra telah menjadi gaya hidup di berbagai negara maju. Selain bisa mendatangkan kesenangan, membaca karya sastra diyakini mampu meluhurkan budi pekerti. Namun bagaimana dengan di Indonesia? Mempunyai banyak tokoh sastra dengan sejarah panjangnya, tak menjamin kesusasteraan Indonesia dapat dicintai masyarakatnya sendiri.
Indikator rendahnya kecintaan masyarakat Indonesia terhadap sastra dapat dilihat dari banyak hal, salah satunya adalah minimnya apresiasi terhadap keberadaan Pusat Dokumentasi Sastra HB jassin. Keberadaan PDS HB Jassin tidak lepas dari peran besar Jassin yang ingin menciptakan ‘wadah’ sebagai alat penyadaran tentang pentingnya budaya baca dan tulis bagi masyarakat.
Baca Juga
Jassin yang terlahir dengan nama Hans Bague Jassin merupakan ‘Paus’ bagi sastra Inbonesia. Pria kelahiran Gorontalo 1917 ini telah ‘menafkahkan’ dirinya bagi kesusasteraan Indonesia dengan cara mendokumentasikan berbagai hal mengenai sastra, khususnya sastra Indonesia.
Advertisement
Pengabdian Jassin terhadap sastra Indonesia dimulai sekitar tahun 1933, dengan mengumpulkan dan mendokumentasikan berbagai karya sastra, mulai dari naskha tulisan tangan asli para pengarang, guntingan pers, hingga foto asli berbagai sastrawan dari zaman ke zaman dalam berbagai kegiatan.
Usaha Jassin untuk membangun sebuah pusat dokumentasi sastra akhirnya terwujud pada 1976. Bersama para tokoh sastra, termasuk Ajib Rosidi, Jassin membangun sebuah wadah bernama Yayasan Dokumentasi HB Jassin. Kemudian pada 30 Mei 1977, diresmikan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin yang berkedudukan di kompleks Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat.
Saat Tim Liputan6.com berkunjung, yang ditulis pada Senin (13/7/2015), Agung, salah seorang pegawai PDS HB Jassin mengatakan, PDS HB Jassin masih menyimpan berbagai koleksi dokumentasi peninggalan Jassin, hingga 2013 data koleksi yang masih tersimpan antara lain 21.300 judul buku, non fiksi 17.700 judul, buku referensi 475 judul, naskah drama 875, biografi pengarang 870, guntingan pers 130.534, foto pengarang sebanyak 690, rekaman suara 742, skripsi dan disertasi sastra sebanyak 789, dan rekaman gambar 25 kaset.
PDS HB Jassin dibuka tiap Senin hingga Jumat, mulai pukul 08.30 hingga 15.30. Selain menjadi tempat koleksi berbagai dokumentasi sastra, PDS HB Jassin juga kerap menjadi tempat bagi mereka yang ingin berdiskusi dan mempelajari sejarah sastra Indonesia. Lebih jauh Agung menuturkan, meski selalu ada, pengunjung yang datang baru hanya dari kalangan internal dunia sastra, seperti mahasiswa sastra, sastrawan, dan guru bahasa, belum dari kalangan umum yang benar-benar mempunyai inisiatif ingin mengenal sastra Indonesia. Saat ditanya mengapa hal tersebut terjadi, Agung hanya menjawab, "minat baca sastra di kalangan masyarakat Indonesia masih sangat rendah."
(ibo/igw)
Â