Liputan6.com, Jakarta Dalam menyambut bulan Syawal, Suku Using Banyuwangi menggelar ritual Seblang Olehsari sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan desa kepada leluhur. Menurut rilis yang diterima Tim Liputan6.com, Minggu (25/7/2015), prosesi ritual ini digelar di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, dan menjadi agenda tahunan Banyuwangi Festival 2015 yang digelar selam 7 hari berturut-turut.
MY Bramuda, Plt Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Banyuwangi mengatakan, ritual yang bertujuan untuk memohon keselamatan itu berlangsung sakral dan magis. Diawali seorang pawang membawa penari ke panggung pertunjukan untuk memasang mahkota berupa omprok yang dihiasi janur kuning dan beberapa macam bunga segar di atasnya. Setelah itu para pawang membacakan mantra untuk memasukkan roh Sang Hyang ke dalam tubuh sang penari.
Tahun ini penari Seblang disandang oleh gadis muda bernama Fidyah Yuliaty. Penari Seblang bukanlah penari biasa, yang bisa membawakan tarian ini hanyalah gadis muda yang memiliki ‘darah’ Seblang dari penari-penari sebelumnya.
Advertisement
“Di Banyuwangi tradisi Seblang ada dua, Seblang Olehsari dan Seblang Bakungan. Tradisi Seblang Olehsari digelar di bulan Syawal dan dibawakan oleh gadis muda. Sementara Bakungan digelar di setiap bulan Dzulhijjah setelah Idul Adha, penarinya adalah Seblang tua yang sudah menopause,” kata Bramuda.
Untuk menarikan Seblang, seorang penari harus kerasukan roh dari leluhur. Proses masuknya roh ini diiringi 28 lantunan gending, yang diawali Gending Lukinto. Gending ini dipercaya oleh masyarakat Olehsari sebagai pemanggil arwah atau sebuah kekuatan halus untuk datang ke ritual seblang.
Pada hari ke-7 nanti, Seblang akan diarak keliling desa yang disebut ider bumi. Dia akan berjalan beriringan bersama pawang, sinden, dan seluruh perangkat menuju empat penjuru. Penjuru tersebut adalah Situs Mbah Ketut yang dianggap awal berdirinya desa Olehsari, lahan Petahunan, Sumber Tengah dan berakhir di Balai Desa. Prosesi itu mengakhiri ritual Seblang Olehsari. (Ibo/Bio)