Sukses

Kenali Papua Lebih Dekat di Museum Asmat

Museum Asmat menyimpan berbagai benda kebudayaan Papua yang belum banyak diketahui masyarakat umum.

Liputan6.com, Jakarta Tidak ada kata yang bisa menggambarkan kemegahan Papua, selain kaya akan pemandangan alamnya, Papua juga dikenal memiliki kebudayaan yang adiluhung. Suku Asmat misalnya, salah satu suku di Papua ini terkenal dengan seni ukirnya yang menawan, yang merepresentasikan kedekatan mereka dengan ruh leluhur.

Dalam rangka memperkenalkan dan melestarikan berbagai benda dan kebudayaan asli Suku Asmat, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, membangun Museum Asmat di atas lahan seluas 6.500 m2. Saat Tim Liputan6.com berkunjung, yang ditulis pada Jumat (31/7/2015), Museum Asmat dibangun menggunakan gaya rumah Kariwari yang kental akan nuansa Papua.

Bagian badan Museum Asmat dibentuk menyerupai rumah panggung segi delapan. Sementara itu bagian atapnya dibuat kerucut dengan ketinggian mencapai 25 m dari lantai. Sedangkan bagian luar terbuat dari bahan GRC yang diberi aksen daun rumbia. Secara umum museum yang memiliki 3 ruang pamer ini dibuat dengan sentuhan modern, namun tanpa meninggalkan sisi tradisionalnya.

Senjata tradisional Suku Asmat.

Ruang pertama museum berisi berbagai benda peninggalan yang menjelaskan hubungan masyarakat Asmat dengan lingkungannya. Berbagai benda yang dipamerkan di ruangan ini antara lain pakaian adat, berbagai perhiasan, dan diorama tata cara pembuatan sagu.

Sementara di ruangan kedua menjelaskan tentang hubungan antara masyarakat Asmat dengan kebudayaannya. Pada bagian ini terpajang berbagai senjata tradisional yang dkerap digunakan Suku Asmat dalam berburu dan mencari makanan. Pada ruangan ini juga terdapat berbagai benda yang berhubungan dengan ruh nenek moyang, seperti perahu arwah dan patung mbis.

Seni ukir Suku Asmat yang adilihung.

Lebih ke dalam, di ruangan ketiga tersimpan berbagai benda yang menjelaskan kreativitas masyarakat Suku Asmat. Berbagai benda yang terpajang di ruangan ini telah terpengaruh budaya kontemporer, seperti alat musik kotemporer dan aksesoris.

Aksesoris Suku Asmat yang terbuat dari bahan-bahan alami.

“Kami berharap Museum Asmat dapat memperkenalkan budaya Papua lebih jauh kepada masyarakat, sehingga masyarakat tahu betul-betul budaya Papua seperti apa,” kata Cipto, seorang petugas museum. 

Lebih jauh Cipto menjelaskan, selain tiga ruang utama, Museum Asmat juga dilengkapi dengan fasilitas audio-visual, sehingga pengunjung dapat dengan mudah memahami informasi yang di dapatnya. Pengunjung juga bisa menyaksikan film dokumenter tentang budaya Papua setiap pagi dan sore. Tidak hanya itu, museum ini juga menyediakan tempat khusus bagi para pengunjung yang ingin selfie sambil mengenakan aksesoris Papua.

(ibo/igw)