Sukses

Napak Tilas Jejak The Founding Fathers

Jika ingin menapak tilas perjuangan para bapak bangsa dalam merengkuh kemerdekaan Indonesia, Anda bisa mengunjungi 6 tempat bersejarah ini.

Liputan6.com, Jakarta Bukan perkara mudah bagi negara dengan beribu pulau, ras, suku, dan kepercayaan untuk memutuskan bersatu dan menjadi negara merdeka. Selain butuh perjuangan keras berdiplomasi dan merumuskan dasar negara yang tepat, perjuangan juga dilakukan dengan mengorbankan jiwa dan raga dalam berbagai perang gerilya.

Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia yang panjang, meninggalkan napak tilas yang patut dikenang anak bangsa, sebagai jalan mengingat dan merefleksikan nilai-nilai kebangsaan serta pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk mencapai Indonesia merdeka.
Beberapa bangunan yang menjadi saksi pergulatan perjuangan mencapai kemerdekaan tersebar di seluruh Indonesia. Sebagian terpelihara, sebagian lagi terabaikan dan hanya menjadi seonggok bangunan yang tidak bermakna.

Tim Liputan6.com, Selasa (12/8/2015) telah merangkum 6 bangunan bersejarah yang berkaitan langsung dengan pergerakan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Berbagai bangunan tersebut antara lain:

2 dari 7 halaman

Museum Sumpah Pemuda

Museum Sumpah Pemuda

Sejumlah pelajar memperhatikan patung-patung di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta, Rabu (29/10/2014). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Museum Sumpah Pemuda awalnya adalah rumah milik Sie Kok Liong yang menjadi tempat tinggal para pemuda revolusioner Indonesia. Rumah yang ditinggali para pelajar STOVIA dan beberapa komunitas pemuda lainnya dari berbagai daerah ini, kerap menjadi tempat diskusi dan bertukar pikiran tentang ide-ide kebangsaan. Bahkan karena dianggap berbahaya, pemerintah Hindia Belanda sempat mengawasi dan membatasi rapat-rapat yang digelar di rumah tersebut.

Lahirnya Sumpah Pemuda tidak lepas dari peran rumah ini, sehari sebelum diikrarkan, pada 27 Oktober 1928, para pemuda revolusioner Indonesia mengadakan rapat pertama Kongres Pemuda II, yang membahas tentang pentingnya persatuan Indonesia. Di rumah yang berlokasi di Jalan Keramat Raya no 106 inilah para pemuda dari berbagai daerah berseru untuk bersatu yang kemudian tertuang dalam ikrar Sumpah Pemuda. Sumpah ini menjadi tonggak awal yang sangat penting untuk mencapai Indonesia yang merdeka dan berdaulat.

3 dari 7 halaman

Gedung Joang 45

Gedung Joang 45

Gedung Joang 45, salah satu bangunan bersejarah menjelang kemerdekaan Indonesia.

Gedung Joang 45 yang berlokasi di kawasan antara Menteng dan Cikini, tepatnya di Jalan Menteng Raya no 31 ini awalnya adalah hotel yang dimiliki oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama Schomper. Setelah melewati berbagai pergulatan, hotel yang hanya diperuntukkan bagi pejabat tinggi Belanda, pengusaha asing, dan pejabat pribumi ini akhirnya dikuasai oleh para pemuda revolusioner Indonesia.

Di tangan para pemuda revolusioner, hotel Schomper diubah namanya menjadi Menteng 31, dan menjadi tempat bagi para pemuda untuk menyatukan visi dan misi untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Tak hanya itu, bahkan tempat ini dahulu juga menjadi rumah diskusi dan pendidikan nasionalisme pemuda Indonesia yang datang dari berbagai daerah. Gedung Joang 45 menjadi salah satu bangunan bersejarah yang berkaitan erat dengan pergerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.

4 dari 7 halaman

Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Sempat digunakan sebagai tempat tinggal Laksamana Maeda, gedung ini punya peran penting bagi bangsa indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
Gedung yang dibangun sekitar 1920-an oleh arsitektur kebangsaan Belanda bernama JFL Blankenberg ini, mempunyai peran yang sangat penting bagi sejarah kemerdekaan Indonesia. Saat Jepang menduduki Indonesia, gedung yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, ini digunakan sebagai tempat tinggal Laksamana Muda Tadashi Maeda, seorang kepala kantor perhubungan angkatan laut dan angkatan darat Jepang. Di gedung inilah para founding fathers, yang terdiri dari Sukarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo berdiskusi merumuskan naskah proklamasi yang akan segera dibacakan.

5 dari 7 halaman

Museum Rengasdengklok

Museum Rengasdengklok

foto: disparbud.jabarprov.go.id

Museum Rengasdengklok dahulu merupakan rumah milik Djiaw Kie Siong yang digunakan untuk menyembunyikan Sukarno dan Hatta dari pengaruh Jepang. Selain disembunyikan, di rumah bersejarah ini, Sukarno dan Hatta didesak oleh kaum pemuda agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Di rumah ini para pemuda berdiskusi dengan Sukarno dan Hatta untuk mencapai kemerdekaan Indonesia yang jauh dari kesan pemberian hadiah dari Jepang. Rumah Rengasdengklok juga mempunyai peran besar dalam usaha-usaha the founding fathers untuk mencapai Indonesia yang merdeka dan berdaulat.

6 dari 7 halaman

Lapangan Ikada

Lapangan Ikada

Monas (via commons.wikimedia.org)
Lapangan Ikada yang merupakan akronim dari Ikatan Atletik Djakarta, pada masa pendudukan Jepang merupakan sarana dan prasarana yang dibangun untuk kegiatan olahraga. Namun oleh para bapak bangsa, Lapangan Ikada yang kini menjadi Monas, kerap digunakan untuk memobilisasi masa untuk menggelorakan semangat mencapai kemerdekaan Indonesia. Mulanya Lapangan Ikada menjadi pilihan utama bagi Sukarno dan Hatta untuk membacakan teks proklamasi, namun karena pertimbangan keamanan, teks proklamasi kemerdekaan Indonesia akhirnya dibacakan di kediaman Sukarno.

7 dari 7 halaman

Taman Proklamasi

Taman Proklamasi

Taman Proklamasi yang berlokasi di Jalan Pegangsaan merupakan lokasi dibacakannya teks proklamasi oleh Sukarno dan Hatta.
Setelah kembali dari `penculikan` Rengasdengklok, Sukarno dan Hatta dibawa ke Jakarta untuk mengadakan rapat persiapan kemerdekaan Republik Indonesia. Bertempat di kediaman Laksamana Maeda, rumusan naskah proklamasi dibuat. Tepat pada 17 Agustus 1945, Sukarno dalam keadaan sakit didampingi Hatta membacakan teks proklamasi di kediamannya di Jalan Pegangsaan 56, dan disebarluaskan melalui jaringan radio nasional RRI, yang disambut haru gembira oleh semua rakyat Indonesia.
(Ibo)