Liputan6.com, Jakarta Kue biasanya adalah simbol kebahagian, hal ini terlihat dengan keberadaan kue untuk memperingati hari bahagia seperti ulang tahun, pernikahan, dan acara perayaan lainnya. Ini menjadi latar belakang terbentuknya gerakan "Toko Kue Depresi" yang telah meraih sukses.
Sejumlah keuntungan materil telah didapat, namun tidak hanya itu. Toko kue ini juga memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang masalah kesehatan mental di dunia.
Baca Juga
Advertisement
"Kue begitu terkait dengan perayaan, kebahagiaan dan liburan. Untuk itu adanya toko kue depresi ini diharapkan membuat orang berpikir kenapa harus sedih, jika kue harusnya membawa kebahagiaan. Mengapa harus tertekan? ujar Valerie Van Galder, selaku ahli kesehatan mental seperti yang dilansir dari situs Today pada Sabtu 29/8/2015.
Ide didirikannya Toko Kue Depresi ini dimulai di Inggris beberapa tahun lalu. Emma Thomas, seorang sutradara kreatif yang menggagas ide ini, mulai mengadakan penggalangan dana dengan menjual kue berwarna abu-abu dengan emoticon sedih penuh dengan pengharapan.
Kesuksesan proyek sosial ini membuat ide tersebut menyebar ke negara-negara seperti Australia, Skotlandia, India, Malaysia dan Amerika Serikat. Hampir seluruh daerah di negara-negara ini menyediakan kue depresi.Toko-toko kue yang tersebar di beberapa negara ini juga memiliki lisensi atau izin dari Emma Thomas.
Hasil dari penjualan kue depresi ini akan di sumbangkan pada orang-orang yang menderita kesehatan mental, selain memberikan kebahagiaan bantuan ini merupakan wujud nyata masyarakat yang peduli dengan masalah kesehatan mental.
(mit)