Liputan6.com, Jakarta Produk mutiara Indonesia telah menjadi ikon daya tarik destinasi pariwisata dan menjadi salah satu unsur penggerak motivasi kunjungan wisatawan ke Indonesia, khususnya ke daerah-daerah penghasil mutiara.
Hingga saat ini potensi budidaya mutiara di Tanah Air tersebar luas di sejumlah tempat seperti Lombok-Sumbawa, Maluku, Ternate dan Papua. Hasilnya sendiri telah diekspor ke AS, Jepang, Swiss dan Italia.
Di Nusa Tenggara Barat (NTB) sendiri nilai investasi budidaya mutiara dikelola Perusahaan Milik Asing dan puluhan Perusahaan Dalam Negeri dengan total investasi ratusan milyaran rupiah.
Advertisement
Investasi tersebut telah berdampak kepada penyerapan tenaga kerja masyarakat lokal. Perusahaan pembudidayaan mutiara di NTB umumnya tersebar di Kabupaten Lombok Barat dengan tiga perusahaan di Kecamatan Sekotong. Disusul Lombok Timur dengan 11 perusahaan tersebar di Jerowaru, Pringgabaya, dan obel-obel.
Produksi mutiara NTB selama setahun sebisa mencapai 1,8 ton per tahun dengan luas lahan sekitar 19 ribu hektar yang tersebar di sepanjang pesisir NTB. Hasil ini telah diekspor kesejumlah negara seperti Australia, Amerika, Eropa, China, Jepang dan lainnya.
Saat ini, mutiara di Tanah Air mulai terdesak oleh mutiara dari luar yang kualitasnya justu jauh di bawah dari mutiara dalam negeri.
Dalam rangka menggerakkan perekonomian rakyat dan meningkatkan kunjungan ke daerah penghasil mutiara, Kementerian Pariwisata bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB serta dukungan Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia menggelar Lombok Sumbawa Pearl Festival.
Ikuti kuis #KultwitLip6 Berhadiah 2 Tiket Liburan ke Lombok, selengkapnya di sini.
(Adv)