Liputan6.com, Jakarta Galeri Indonesia Kaya bekerjasama dengan Sanggar Seni Sukarya mempersembahkan sebuah pertunjukan yang bertujuan memperkenalkan keunikan musik bambu dari kabupaten Jembrana, Bali Barat. Pertunjukan ini juga dimeriahkan dengan tari berkonsep modern namun tetap berakar dari seni tari Jegog yang juga berasal dari Jembrana.
“Seperti kita ketahui setiap daerah di Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Sesuai dengan tema di bulan September ini kami menggandeng Sanggar Seni Sukarya untuk mempersembahkan sebuah pertunjukan yang menjadi salah satu ciri khas dari pulau Bali, yaitu Jegog. Pertunjukan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap seni budaya Indonesia, sekaligus bagian dari misi kami untuk memperkenalkan segala aspek seni budaya yang ada di Indonesia,” ujar Renitasari Adrian Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Seperti dikutip dari rilis media yang diterima Liputan6.com, pertunjukan asal Pulau Dewata yang berlangsung sekitar 50 menit pada 6 September 2015 ini menampilkan sebuah orkestra yang dimainkan dengan alat musik berbahan dasar bambu. Kesenian yang telah lahir sekitar 100 tahun lalu ini, selalu menggunakan tabuh (komposisi) klasik yang sama. Namun kali ini ditunjukkan dengan sedikit sentuhan nuansa modern agar dapat menyesuaikan zaman.
Advertisement
Walaupun tetap berpijak pada pakem tabuh Jegog klasik, tabuh dan tari yang Sanggar Seni Sukarya ciptakan juga memasukkan melodi, tempo dan gaya serta penjiwaan yang bernuansa kekinian dengan balutan yang kreatif dan variatif membuat suasana pementasan lebih hidup dan menghibur bagi para penikmat seni yang menyaksikan pertunjukan sore ini di auditorium Galeri Indonesia Kaya.
“Kami membawakan 4 tabuh dan tarian baru yang kami ciptakan sendiri yaitu Tari Taksuning Makepung, Tari Jegog Jejogedan, dan Tari Galang Kangin. Ini adalah suatu bentuk usaha kami untuk terus mengembangkan ragam seni budaya yang ada di Indonesia. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Galeri Indonesia Kaya yang konsisten memberi ruang apresiasi terhadap seniman Indonesia untuk terus berkarya,” ujar Deniek G. Sukarya dari Sanggar Seni Sukarya.
Sanggar Seni Sukarya merupakan sebuah komunitas untuk ikut melestarikan, mengembangkan dan menanamkan kecintaan pada seni-budaya dan tradisi Bali, khususnya Jembrana, dengan konsep asah-asih-asuh dalam upaya untuk melahirkan generasi yang cerdas, kreatif, santun, terampil, mandiri, percaya diri dan berbudi pekerti luhur.
(bio/igw)